Makna Puasa Hakekat Bagi Umat Islam

Putraindonews.com –  Untuk meraih Puasa Hakekat kiranya perlu terlebih dahulu mengetahui tujuan dan manfaat dari ibadah puasa bagi sisi jasmani maupun sisi rohani.

Ibadah Puasa yang diwajibkan dalam Umat Islam pada bulan Ramadhan tiap tahunya merupakan suatu ritual yang sangat berguna bagi umat, mengingat dalam keadaan tersucikan ketika berpuasa, umat dapat menerima anugerah yang sangat besar dan bermanfaat bagi hidupnya di dunia maupun di akhiratnya kelak.

Anugerah tersebut adalah lailatul qadar yang “dijanjikan” oleh Allah SWT yang akan datang pada malam-malam ganjil setelah melakukan puasa selama 20 hari, ketetapan “janji” Allah SWT itu nyata dan tak pernah dipungkiri oleh-Nya.

Hanya saja, kebanyakan umat dalam melaksanakan ibadah puasa, sekadar meniru apa yang dilakukan para pendahulunya, sehingga pastinya karena merupakan “ibadah tiruan”, hasilnyapun tidak semestinya apa yang didapatkan seperti apa yang “dijanjikan” oleh Allah SWT. Artinya, Ibadah Puasa hanya dilaksanakan untuk menggugurkan kewajiban saja sebagai umat Islam yang dianutnya, tanpa mengerti apa yang mesti dilakukan untuk meraih “janji” tersebut.

Jadi, tujuan utama umat Islam dalam Ibadah Puasa tidak lain hanya untuk meraih Lailatul Qadar yang gunanya sangat besar, oleh karena itu disebut juga anugerah yang terbesar dan istimewa bagi umat Islam.

Lailatul Qadar bukanlah seuatu dzat yang datang dari langit dan terlihat oleh mata kepala kita kedatanganya, jadi tidak sekonyol itu seperti apa yang dibayangkan oleh kebanyakan manusia, akan tetapi LAILATUL QADAR adalah anugerah pensucian hati dan akal pikir kita dari hal-hal yang bersifat negatif.

BACA JUGA :   Nasi Koyor Legend Kota Semarang, Ada sejak 1955

Pensucian ini tidak dapat dilakukan oleh manusia, yang diusahakan oleh akal pikir dan hati manusia yang telah penuh dengan kekotoran-kekotoran yang berasal dari dunia. Bagaimana mungkin sesuatu yang kotor dapat mensucikan yang kotor. Jadi, pensucian ini hanya dapat dilakukan oleh Sang Pencipta Makhluk itu sendiri. Namun manusia harus mampu mengusahakanya pensucian tersebut dengan melakoni Ibadah Puasa yang diwajibkan tersebut.

Lailatul Qadar akan menghilangkan sifat-sifat buruk dalam diri Manusia, seperti sifat pemarah, pengiri dengki, dendam, hidung belang, anarkis, sadis, dan lain sebagainya suatu sifat yang mengarah kepada kerugian diri sendiri maupun orang lain.

Pensucian ini tidak akan sekaligus membersihkan apa-apa yang negatif dalam diri, akan tetapi “pensucian” ini dilakukan dengan secara halus atau sedikit-sedikit sesuai dengan kemampuan pada diri manusianya. Sehingga, tidak merusak suatu apapun didalam dirinya, semisal sifat pemarah akan dibuang sifat tersebut sedikit demi sedikit, namun akan dirasakan perubahanya oleh dirinya setelah mendapatkan Lailatul Qadar dirinya akan merasakan perbedaanya.

Demikian juga dengan sifat-sifat negatif lainya akan dibuang dibersihkan oleh Sang Pencipta, sehingga secara akumulatif setelah beberapa tahun dilakukan puasanya maka manusia akan kembali ke fitrah asli manusia yakni penuh dengan rasa kasih sayang yang luas terhadap apapun dan siapapun, seperti ketika Manusia baru terlahir dari seorang ibu, yang hanya mengerti rasa dan bahasa Kasih sayang.

BACA JUGA :   Jakarta Macet, Mari Gunakan Layanan Transportasi Publik

Bisa dibayangkan jika manusia seluruhnya mendapatkan pensucian tersebut, sesama manusia saling kasih mengasihi, apapun keadaan dan bentuknya, terciptalah hubungan yang harmonis antara seluruh makhluk baik manusia, hewan, tumbuhan dan benda materi yang ada di Bumi ataupun di Langit, kedamain, ketentraman, keindahan, kebahagiaan akan mudah didapatkan.

Lailatul Qadar ini selain dapat menghilangkan sifat-sifat buruk didalam diri manusia, juga Lailatul Qadar ini dapat membangkitkan ruh yang Allah SWT “tiupkan” ke dalam diri seluruh umat manusia seperti yang terfirman dalam Al-Qur’an salah satunya seperti dalam surat ke-38:72 yang artinya:

“…. Kemudian apabila telah aku sempurnakan kejadianya dan AKU tiupkan RUH (ciptaan)-KU kepadanya, maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya…” (QS. Sad 38:72).

Dan ruh tersebut di dalam diri manusia bersemayam pada qolbu diri manusia, disuatu tempat namun tidak berwujud, akan tetapi dapat dirasakan keberadaanya melalui sifatnya yaitu Berakhlak mulia.

Ruh inilah yang datang langsung dari Sisi-Nnya, dan di dalam diri manusia akan menjadi pembimbing manusia dalam hidupnya di dunia, karena hanya ruh inilah yang dapat berkomunikasi dua arah langsung antara manusia dan penciptanya, dengan begitu pula keberadaan ruh inilah diri manusia menjadi makhluk mulia. Oleh karena itu, para malaikatpun bersujud kepada manusia.

*Oleh Abdullah Puja (Rohaniawan)

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!