Putraindonews.com-berdampak pada kehidupan keseharian.
Menurut Berton, pendidikan aman bencana harus dilakukan melalui berbagai kajian di sekolah-sekolah sampai aplikasinya di lapangan.
Dia juga menyarankan, pemerintah daerah segera menyusun rencana kontigensi bencana banjir di wilayah kewenangannya masing-masing, terutama di kawasan-kawasan wisata.
Berton menyayangkan, ketersediaan informasi cuaca selama ini belum banyak dimanfaatkan dalam bentuk aksi pencegahan di lapangan.
Dia menyarankan pembentukan tim siaga bencana di setiap desa harus dihidupkan kembali seperti halnya siskamling di masa lalu, dalam upaya mengantisipasi potensi bencana yang terjadi.
Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo mengungkapkan beberapa pekan terakhir terjadi dua hal menarik yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia, terjadi banjir akibat curah hujan yang tinggi, tetapi pada saat bersamaan juga muncul udara panas yang luar biasa.
Menurut Eko, posisi Indonesia yang berada di sepanjang khatulistiwa menyebabkan pola musim yang tidak kenal kemarau di beberapa daerah.
Sehingga, tambah dia, masyarakat yang berada di dataran tinggi atau dataran rendah harus terus meningkatkan kewaspadaan terhadap sejumlah dampak perubahan iklim.
Karena, tambah dia, peringatan dini BMKG punya waktu yang terbatas untuk direspon, sehingga masyarakat selalu terlambat untuk menghindar dari ancaman bencana itu.
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Didi Setiadi berpendapat Indonesia merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap bencana hidrometeorologi yang dipengaruhi angin kencang, rob, hingga udara panas.
Sedangkan tingkat risiko yang ditimbulkan, ujar Didi, sangat bergantung pada lokasi dan waktu bencana itu terjadi.
Diakui Didi, dinamika atmosfer di Indonesia sangat dipengaruhi konveksi dan gelombang atmosfer yang saling berinteraksi, sehingga menghasilkan dinamika yang kompleks dan sulit diprediksi.
Menurut Didi, pemanasan global menyebabkan kenaikan suhu rata-rata atmosfer mendorong peningkatan curah hujan dan angin badai yang lebih sering.
Kondisi itu, tambah dia, juga menyebabkan air menguap lebih cepat dari tanah, sehingga memicu kekerasan yang lebih cepat.
Staf Ahli Pusat Studi Bencana Alam UGM, Djati Mardiatno berpendapat secara umum Indonesia merupakan wilayah rawan terhadap bencana hidrometeorologi.
Sehingga, ujar Djati, masyarakat harus mengenal dengan baik karakter lingkungan tempat tinggal mereka.
Menurut dia, informasi komprehensif dan mudah dipahami masyarakat tentang bencana hidrometeorologi penting untuk diwujudkan, sehingga mampu meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap potensi ancaman bencana yang dihadapi.Red/Nov