Putraindonews com, Jakarta – Suasana penuh semangat, kebersamaan, dan kekhidmatan mewarnai peringatan dan perayaan Sejit YM. Kwan Sing Tee Kun yang digelar selama tiga hari, 18–20 Juli 2025, di Kuil Ciu Lung Wang, Kawasan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
Rangkaian kegiatan yang berlangsung sejak pukul 08.00 pagi hingga tengah malam ini diwarnai oleh prosesi persembahyangan umum, doa lintas majelis, pertunjukan budaya, hingga atraksi barongsai dan wushu.
Ketua Panitia Acara, Oka, menyampaikan bahwa perayaan Sejit ini bukan sekadar momen ritual keagamaan, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi antarumat lintas wilayah serta momentum mempererat kerukunan antarumat beragama. “Dari hari Rabu sampai Jumat kemarin, sudah banyak tamu dan umat yang hadir dari Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor, hingga Cikarang. Ini jadi ajang berkumpulnya saudara-saudara kita,” ujar Oka saat diwawancarai awak media di sela kegiatan.
Doa untuk Kebaikan Umat dan Negeri
Rangkaian acara dimulai sejak pagi hari dengan Persembahyangan Umum Sejit YM. Kwan Sing Tee Kun yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 24.00 setiap harinya. Tak hanya untuk memohon berkah dan perlindungan, kegiatan ini juga diiringi dengan doa bersama bagi kemakmuran dan keselamatan bangsa.
“Kami berdoa bukan hanya untuk umat di sini, tetapi juga untuk negara agar aman, makmur, dan sejahtera. Ini bagian dari semangat keagamaan kami untuk saling mendoakan,” tambah Oka.
Pada Jumat (18/7), kegiatan dilanjutkan dengan doa dari MAKIN) (Majelis Agama Khonghucu Indonesia Hok Tek Bio Pabuaran dan pembacaan Keng Mahayana, serta Parita Tridharma oleh MAPTRI (Majelis Rohaniwan Tridharma Indonesia) yang semakin memperkuat nuansa spiritual acara ini.
Kolaborasi Budaya dan Spiritualitas
Selama tiga hari penuh, hiburan Gambang Kromong Cahaya Mustika turut meramaikan suasana. Pada Sabtu (19/7), atraksi seni budaya seperti Wushu dari Ekayana Ehipasiko School BSD dan Liong serta Barongsai ikut menyedot perhatian warga yang memadati area sekitar.
“Barongsai bukan hanya hiburan, tapi sudah menjadi simbol tradisi yang dipercaya dapat membawa keberuntungan serta menolak bala. Karena itu barongsai juga sering hadir saat peresmian atau pembukaan usaha,” jelas Oka.
Malam harinya, prosesi Sembayang Samkay dan Penyalaan Pelita Penerangan menjadi penutup yang sakral, menyimbolkan harapan akan cahaya kehidupan dan keselamatan bagi semua.
Lintas Agama dan Gotong Royong
Yang menarik, kegiatan ini turut melibatkan berbagai unsur masyarakat. “Bukan hanya umat Buddha, tapi juga masyarakat sekitar, pemuda, aparat desa, dan perwakilan dari agama lain pun hadir. Ini bentuk nyata dari kerukunan antarumat beragama yang luar biasa di lingkungan kita,” tutur Oka.
Ia juga menyebutkan bahwa kuil tempat acara berlangsung sedang menjalani proses renovasi ringan, termasuk pembenahan atap. “Kami terbuka bagi siapa saja yang ingin mendukung. Bantuan dari para donatur akan sangat berarti untuk menjaga kelestarian tempat ibadah ini.”
Sebagai penutup, Oka menegaskan bahwa visi perayaan ini adalah untuk mengajak umat dan masyarakat agar terus berubah ke arah yang lebih baik—baik nasib, keberuntungan, maupun kehidupan secara spiritual dan sosial. “Kita ingin jadi manusia yang lebih kuat secara rohani dan sosial. Rutinitas tahunan ini akan terus kami lestarikan,” pungkasnya. Red/HS