***
Putraindonews.com – Bogor | Komunitas Rumah Anak Bumi (RAB) mengelar Festival Pinggir Kali 2021 yang kelima tahun, dengan mengangkat Tema “Tolak Bala”, di Jalan Cemara 1 Perumnas 1 Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor, pada hari Jum’at 17 Desember 2021 Jam 15:00 – 17:30 WIB.
Tolak bala merupakan tradisi tua yang di lakukan oleh nenek moyang saat mengalami musibah dan bencana agar terhindar dan dijauhkan dari segala petaka dan bentuk ketakwaan kepada sang pemilik semesta.
Founder Komunitas Rumah Anak Bumi Kecamatan Parungpanjang Ridwan Manatik, langsung membuka acara ini dengan mengucapkan terima kasih banyak kepada tamu undangan yang sudah hadir dalam acara Tolak Bala ini.
“Terima kasih kepada tamu undangan yang sudah hadir dan menyempatkan waktunya datang kesini walaupun jauh dari Ibu Kota Jakarta,” ucap Ridwan.
Ridwan menuturkan, Komunitas Rumah Anak Bumi (RAB) Bisa Menggelar Festival Pinggir Kali 2021 untuk Pembacaan Peristiwa.
“Saya sangat bersyukur pada hari ini bisa menggelar Festival Piggir Kali di tahun ke 5 yaitu 2021 untuk membaca peristiwa dengan swadaya, dan sampai hari ini RAB masih bisa membuat agenda sosial dan seni,” tutur Ridwan.
Di tempat yang sama turut hadir Camat Parungpanjang Icang Aliudin, menurutnya, pergerakan Ridwan Manatik ini sudah bergerak saat menjadi Sekcam (Sekretaris Camat) Parungpanjang.
“Pergerakan Ridwan Manatik ini sudah bergerak saat saya sendiri menjadi Sekcam Parungpanjang, dan kini saya sudah menjadi Camat Parungpanjang,” ujar Icang.
Icang mengimbau kepada masyarakat untuk menyatu dengan alam seperti yang dilakukan komunitas RAB ini, dan ia mengimbau kepada masyarakat untuk segera vaksin.
“Kita harus menyatu dengan alam seperti yang dilakukan RAB, saya senang dengan budaya masuk ke Indonesia adalah feminisme dan animisme, kita kumpul disini untuk silaturahmi dan saya mengimbau kepada masyarakat untuk segera vaksin,” imbau Icang.
Sementara Itu, Budayawan Taufik Rahzen memberikan orasi budaya saat sambutan, menurutnya pada tahun 2014 lalu Ridwan memimpikan tempat ini menjadi situs budaya.
“Tahun 2014 lalu saya kesini dan saya ngobrol dengan ridwan bahwa ia memimpikan tempat ini menjadi Situs Budaya,” tandasTaufik.
Taufik menegaskan Festival Pinggir Kali ini adalah Festival Pinggir Parungpanjang dan Festival Perbatasan.
“Pinggir kali, festival pinggir Parungpanjang, ini adalah festival perbatasan dari Ibu kota Jakarta banyak kesini, iniilah inti dari festival.” tegas Taufik.
Lebih lanjut, Taufik Rahzen menjelaskan bahwa di Bumintara Jawa dan Sunda ini ada namanya Mamayu Hayuning Buana yang berarti “Ayo Mempercantik Bumi”.
“Di Nusantara ini atau yang saya sebut Bumintara tidak ada namanya konsep tolak bala, kalau di adat Jawa dan Sunda adalah Mamayu Hayuning Buana yang berarti ayo mempercantik bumi,” jelas Taufik.
Taufik menambahkan, agar hidup mempunyai makna dan manfaat ia mengajak kepada masyarakat untuk Dekorporealisasi, Deteritorisasi dan Alam Kara Membentuk Utopia.
“Supaya hidup mempunyai makna dan manfaat ayo bersama untuk Dekorporealisasi (Melampaui Tubuh Dan Fisik), Deteritorialisasi (Melampauai Ruang Alam Kara Membantuk Utopia (Menciptakam Dunia Bayangan Atau Dunia Kreatif,” tambah Taufik.
Acara ini dititup dengan penanaman bibibit pohon, sarasehan dan melukis bersama peserta pameran tunggal 51 perupa Se-Jabodetabek di kanvas putih sepanjang 6 meter. Red/Ben
***