Putraindonews.com – Kulonprogo | Pendiri Pondok Pesantren Nurul Haromain di Kulon Progo, Yogyakarta, Kyai Shirojan Muniro, meninggal dunia pada hari Selasa (7/5/24) siang di rumah sakit setempat setelah menjalani perawatan selama enam hari.
Kyai Shirojan, yang dikenal sebagai sosok pejuang dan sangat peduli terhadap masyarakat, telah mendirikan pesantren tersebut setelah menyelesaikan studinya di Mekkah dan kembali ke daerah kelahirannya.
Pesantren yang didirikan oleh almarhum berkembang pesat dan menjadi terkenal karena tidak membebani para santrinya dengan biaya pendidikan. Orang tua santri yang mampu secara finansial diperkenankan untuk memberikan shodaqoh sebagai bentuk dukungan.
KH. Imam Mawardi Ridlwan, Pengasuh Pondok Pesantren Al Azhaar Tulungagung, mengenang almarhum sebagai sosok yang aktif dalam berdakwah di berbagai lapisan masyarakat, termasuk kepada para gali di Malioboro, Yogyakarta.
“Kyai Shirojan, lahir tahun 1962, telah berdakwah sejak muda dan mengajak para gali untuk bertaubat,” ujar Abah Imam.
Pondok Pesantren Nurul Haromain tidak hanya menyediakan pendidikan formal dari tingkat dasar hingga SLTA, tetapi juga dilengkapi dengan minimarket yang melayani kebutuhan masyarakat dan santri. Selain itu, almarhum juga dikenal aktif dalam Jama’ah Al Khidmad di Jawa Tengah.
Abah Imam juga menceritakan bagaimana almarhum membantu dalam pembangunan Pondok Pesantren Al Azhaar Kedungwaru Tulungagung, Jawa Timur pada tahun 2003 dengan menyediakan tenaga tukang, yang turut menyelesaikan pembangunan enam ruang kelas yang kini digunakan oleh santri SD.
“Bantuan almarhum juga terextend ke pembangunan Yayasan Al Haromain di Ketintang, Surabaya, serta kepada kyai lain yang membutuhkan bantuan serupa,” tambah Abah Imam.
Kyai Shirojan meninggalkan sembilan orang anak dan dikenal memiliki tradisi menyambut tamu dengan penghormatan yang istimewa, termasuk menyediakan kamar khusus dan jamuan yang melebihi standar hotel.
Para santri di pesantrennya juga dilatih untuk melayani tamu, termasuk memijat mereka yang lelah dan mengantar tamu yang membutuhkan transportasi.
Dipesantren yang didirikan almarhum, terdapat 75 orang berkebutuhan khusus, yang dikenal dengan OGDG, yang dirawat dan diterapi di sana.
“Kyai Shirojan memiliki perhatian khusus bagi mereka yang kurang baik dari sisi mentalnya,” kata Abah Imam.
Kyai Shirojan Muniro akan dikebumikan di lingkungan pesantren, di samping makam Bu Nyai Shirojan yang telah wafat setahun sebelumnya.
“Semoga segala khilaf dan dosa almarhum diampuni oleh Gusti Allah Ta’ala, dan semoga amal ibadahnya diterima,” tutup Abah Imam dalam penghormatannya.
Pengurus pesantren menyatakan, keluarga almarhum akan meneruskan perjuangan yang telah dimulai oleh Kyai Shirojan. Red/AG