Putraindonews.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan bahwa model proteksi pembangunan Giant Sea Wall di kawasan Pantura Jawa disesuaikan dengan kondisi geografis masing-masing wilayah.
AHY melaporkan gambaran utuh dan detail target investasi program tersebut kepada Presiden Prabowo Subianto di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (9/9).
“Saya bersama Laksamana Didit selaku Kepala Badan Otorita Pengelola Pantura Jawa dan tim tadi menghadap Bapak Presiden Prabowo Subianto untuk mendapatkan arahan sekaligus kami melaporkan sejumlah progres dalam perencanaan pembangunan Giant Sea Wall,” ucapnya dikutip dari Antara, Selasa.
Ia menyatakan, pada kawasan yang mengalami penurunan tanah (land subsidence) parah, dibutuhkan tanggul laut yang dibangun beberapa kilometer dari garis pantai.
Namun, di daerah dengan kondisi sedang, cukup dilakukan penguatan tanggul pantai untuk mencegah bencana.
Sementara itu, untuk kawasan yang relatif masih baik, rehabilitasi mangrove dinilai sebagai opsi paling efektif dan efisien.
“Jadi akan ada kombinasi antara tanggul laut, tanggul pantai, dan mangrove sesuai kebutuhan masing-masing daerah,” ujar dia.
AHY menambahkan, pemerintah akan melengkapi kajian sebelum menetapkan langkah teknis maupun skema investasi proyek strategis tersebut.
Ia juga menyebut, proyek ini berpotensi melibatkan investasi dari dalam maupun luar negeri.
“Ada (investasi,red) dalam dan luar negeri, sejumlah negara. Tentu kita sedang pertimbangkan masak-masak semuanya,” katanya.
Pembangunan tanggul raksasa itu, kata dia, menjadi proyek proteksi yang sangat esensial, bertujuan menyelamatkan jutaan masyarakat pesisir dari ancaman banjir rob dan penurunan tanah yang semakin parah.
“Kita ingin melindungi masyarakat Pantura yang setiap saat terancam bencana, sekaligus menjaga kawasan industri strategis serta kawasan ekonomi khusus yang banyak tersebar di pantai utara Jawa,” katanya. Red/HS