PUTRAINDONEWS.COM
Jakarta | 21 Februari 2020. Dalam rangka meningkatkan jumlah tampungan air di Indonesia, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Ditjen Sumber Daya Air terus menambah penyelesaian pembangunan bendungan baru di sejumlah provinsi lumbung pangan nasional untuk mendukung ketahanan air dan pangan nasional. Ditargetkan pada tahun 2020 delapan bendungan yang menjadi Program Strategis Nasional (PSN) Pemerintah akan rampung.
Delapan bendungan yakni Bendungan Paselloreng di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Bendungan Ladongi Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Bendungan Tapin Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Bendungan Way Sekampung Provinsi Lampung, Bendungan Kuningan Provinsi Jawa Barat, dan tiga bendungan di Provinsi Jawa Timur yakni Bendungan Bendo di Ponorogo, Bendungan Tukul di Pacitan dan Bendungan Gongseng di Bojonegoro.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan potensi air di Indonesia cukup tinggi sebesar 2,7 triliun m3/tahun. Dari volume tersebut, air yang bisa dimanfaatkan sebesar 691 miliar m3/tahun dimana yang sudah dimanfaatkan sekitar 222 miliar m3/tahun untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan rumah tangga, peternakan, perikanan dan irigasi.
“Namun potensi sebesar itu, keberadaannya tidak sesuai dengan ruang dan waktu, sehingga kita membutuhkan tampungan-tampungan air. Dengan begitu pada saat musim hujan air ditampung untuk dimanfaatkan musim kemarau. Itulah gunanya bendungan dan embung/setu untuk penampungan air,†kata Menteri Basuki.
Dengan selesainya delapan bendungan tersebut, maka akan menambah jumlah tampungan air sebesar 408,89 juta m3. Bendungan pertama yang telah rampung 100 % konstruksinya, yakni Bendungan Paselloreng. Bendungan ini memiliki luas genangan 1.892 hektare dengan kapasitas tampung 138 juta m3 untuk mengairi 8.510 hektare sawah. Pembangunannya dikerjakan oleh PT. Wijaya Karya – PT. Bumi Karsa, KSO (Kerjasama Operasi) dengan biaya Rp 753,4 miliar.
Tiga bendungan lainnya yang juga akan rampung pada 2020 berada di Provinsi Jawa Timur yakni, Bendungan Tukul, Bendungan Bendo dan dan Bendungan Gongseng. Progres fisik Bendungan Tukul dengan daya tampung 8.68 juta m3 untuk untuk mensuplai irigasi seluas 600 hektare dan air baku 300 liter per detik sudah 76,2%. Pembangunan bendungan Tukul dimulai pada 2013 hingga 2020 dengan kontraktor PT. Brantas Abipraya sebesar Rp 904 miliar.
Sedangkan untuk Bendungan Gongseng yang dibangun mulai 2013 hingga 2020 memiliki kapasitas tampungan 22,43 juta meter kubik. Saat ini progres konstruksinya 76,03%. Selanjutnya Bendungan Bendo dengan kapasitas 43,11 juta m3 air saat ini progres fisiknya sudah sebesar 70,97%. Pembangunan Bendungan Bendo dikerjakan oleh PT. Wijaya Karya, PT. Hutama Karya dan PT. Nindya Karya (KSO) dengan biaya total sebesar Rp 1,080 triliun.
Bendungan lainnya yang ditargetkan akan selesai pada 2020 yakni Bendungan Ladongi yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Bendungan yang dimulai pembangunannya pada tahun 2016 memiliki kapasitas tampung 45,94 juta m3 untuk mengairi areal sawah dengan layanan irigasi seluas 3.604 hektar. Saat ini progres fisiknya sudah 71,22%.
Bendungan Tapin Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yang memiliki kapasitas tampung 56,77 m3 juga akan rampung pada 2020. Progres pembangunannya sudah mencapai 95 %. Dengan selesainya pembangunan bendungan ini berpotensi memberikan layanan irigasi di Kabupaten Tapin sebesar 5.472 hektar. Di Provinsi Lampung terdapat Bendungan Way Sekampung dengan kapasitas tampung 68 juta m3 yang akan dimanfaatkan untuk penyediaan air irigasi DI Sekampung seluas 55.373 hektar dan menambah areal irigasi DI Rumbia Extension seluas 17.334 hektar. Saat ini progres fisiknya sudah sebesar 84,50%.
Terakhir di Provinsi Jawa Barat, Bendungan Kuningan seluas 221 hektar yang membendung Sungai Cikaro tersebut akan memiliki volume tampung total sebesar 25,96 juta m3. Dengan daya tampung sebesar itu, bendungan multifungsi ini akan menjadi sumber pengairan irigasi seluas 3000 hektar sawah di dua Daerah Irigasi (DI) yakni DI Cileuweung di Kabupaten Kuningan seluas 1.000 hektar dan DI Jangkelok di Kabupaten Brebes seluas 2.000 hektar. Saat ini progres fisiknya mencapai 97,50%.(**)