BKSAP Kecam Serangan Unilateral AS terhadap Iran di Tengah Upaya Diplomasi Damai

.com-Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) menyatakan keprihatinan mendalam dan mengecam keras tindakan militer sepihak yang dilakukan terhadap . Diketahui, serangan tersebut dilakukan melalui operasi gabungan udara dan laut di tengah berlangsungnya perundingan antara Iran dan Uni Eropa di Swiss.

“Tindakan sepihak Amerika Serikat tidak hanya memperburuk konflik, tetapi juga merusak kepercayaan terhadap mekanisme diplomasi internasional,” ungkap Ketua BKSAP DPR RI, Mardani Ali Sera dalam keterangan , di , Senin (23/6/25).

Sebagai informasi, serangan militer Amerika Serikat ke Iran dilancarkan pada Minggu dini hari, 22 Juni 2025, bertepatan dengan pukul 03.00 waktu setempat. Waktu tersebut sama dengan serangan militer yang dilakukan oleh ke wilayah Iran.

BACA JUGA :   Komisi VI Ingatkan BNI Tingkatkan Keamanan Data Transaksi Digita

Lebih lanjut Mardani menjelaskan, kesamaan waktu ini semakin memperkuat kekhawatiran akan terjadinya konflik berskala regional dan potensi pecahnya perang terbuka di Timur Tengah. Adapun sebelumnya, Amerika Serikat mengungkapkan bahwa militer AS menggunakan enam bom penghancur bunker GBU-57 secara khusus untuk menargetkan fasilitas bawah tanah Fordow milik Iran.

Selain itu,  dalam operasi tersebut, Amerika Serikat menyerang Iran dengan kapal selam militer. Setidaknya 30 rudal Tomahawk dijatuhkan ke berbagai target di Iran.

“Lebih dari sekadar serangan fisik, insiden ini merupakan tamparan terhadap prinsip-prinsip multilateralisme dan penyelesaian damai melalui diplomasi. Terlebih, serangan dilancarkan bersamaan dengan pertemuan diplomatik antara delegasi Iran dan Uni Eropa di Swiss menandakan penolakan terang-terangan terhadap ruang dialog,” ujar Politisi Fraksi PKS ini.

BACA JUGA :   Tidak Boleh Ada Diskriminasi Gaji untuk Dosen dan Tenaga Pendukung Perguruan Tinggi

Serangan ini, imbuhnya, menjadi pengingat penting bahwa Parlemen di seluruh dunia memiliki peran strategis dalam mencegah konflik dan menjaga perdamaian.

“Kekuatan militer tidak boleh menjadi alat utama dalam menyelesaikan sengketa internasional. Justru parlemen dan diplomasi parlementer harus menjadi garda terdepan dalam membangun kepercayaan antarnegara dan mendorong penyelesaian damai yang berkelanjutan,” pungkas doktor lulusan salah satu universitas di Malaysia ini. Red/HS

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!