Putraindonews.com-Anggota Komisi VII DPR RI, Hendry Munief, mendorong penguatan anggaran bagi pelaku ekonomi kreatif di Indonesia. Pasalnya, keterbatasan anggaran menjadi hambatan nyata bagi Kementerian Ekonomi Kreatif dalam memaksimalkan program-program untuk mendukung pelaku ekonomi kreatif di berbagai daerah. Ia juga menyoroti masih adanya anggaran yang diblokir. Karena itu, ia mendorong agar anggaran tersebut segera dibuka bahkan ditingkatkan.
“Dari empat kementerian yang menjadi mitra Komisi VII, Kementerian Ekonomi Kreatif justru mendapat anggaran yang paling kecil. Padahal semangat dan programnya sangat potensial. Maka kami siap mendorong penambahan anggaran, tentu dengan dasar argumentasi dan bukti dampak yang kuat,” tegas Hendry di sela-sela Rapat Kerja Komisi VII DPR RI dengan Menteri Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif RI di Gedung Nusantara I DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (26/5/25).
Lebih lanjut, Hendry mendorong agar pembangunan sektor ekonomi kreatif dilakukan secara lintas sektor, salah satunya melalui kolaborasi strategis dengan sektor pariwisata. Ia mengibaratkan pariwisata sebagai lokomotif dan ekonomi kreatif sebagai gerbongnya.
“Dahulu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif masih menjadi satu. Sekarang terpisah, padahal keduanya sangat berkaitan. Kalau mampu dikolaborasikan dengan baik, hasilnya akan luar biasa,” ungkapnya.
“Bila pariwisata menjadi lokomotif bagi pertumbuhan ekonomi, ekonomi kreatif akan mengikuti sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi, new engine of growth,” tekan Politisi Fraksi PKS ini.
Hendry Munief kemudian mencontohkan potensi wisata dan budaya di daerah pemilihannya, Kota Siak Sri Indrapura, Provinsi Riau. Di wilayah tersebut terdapat situs Kerajaan Siak dan alat musik langka bernama komet — alat musik kuno berbentuk seperti gramofon, terbuat dari piringan baja, yang mampu memainkan musik klasik karya Beethoven dan Mozart. Alat ini hanya ada dua di dunia, yakni di Jerman dan di Istana Siak, dan yang masih berfungsi baik hanyalah yang berada di Indonesia.
“Potensi wisata seperti ini, bila diusulkan menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), dan dikaitkan dengan ekonomi kreatif, tentu akan memberi dampak luar biasa,” jelasnya.
Maka dari itu, menurutnya penting bagi Kementerian Ekonomi Kreatif untuk fokus pada program pembinaan terhadap pelaku ekonomi kreatif yang telah berjalan. Hal itu agar pelaku ekonomi kreatif depan dapat dijadikan role model. Dengan begitu, akan terbentuk argumen yang kuat saat memperjuangkan peningkatan anggaran bagi kementerian tersebut.
“Kita tidak butuh jumlah yang banyak dulu. Tapi kalau dari 60 pelaku ekonomi kreatif yang sudah dibina bisa menunjukkan dampak yang signifikan terhadap ekonomi, itu sudah cukup menjadi model keberhasilan,” tambahnya.
Menurutnya, jika satu pelaku usaha kreatif bisa tumbuh pesat, apalagi jika jumlahnya diperbanyak, maka dampak ekonominya akan jauh lebih besar. Oleh karena itu, Komisi VII siap mendukung langkah-langkah penguatan ekonomi kreatif sebagai sektor strategis nasional.
“Kalau sudah terlihat hasilnya, orang tak perlu ragu. Satu pelaku saja bisa berdampak besar. Jika jumlahnya dilipatkan menjadi 10 atau 100, tentu dampaknya akan jauh lebih besar,” tutup Hendry. Red/HS