Putraindonews.com, Jakarta – Israel kembali melancarkan serangan udaranya. Namun, serangan kali ini bukan ke wilayah Gaza atau beberapa negara sekitar yang pro Palestina, melainkan ke Doha, Qatar pada Selasa (9/9). Serangan tersebut mengagetkan dunia dan menempatkan Qatar dalam sorotan internasional.
Dilansir dari laporan Reuters, target operasi adalah pejabat Hamas yang berada di ibu kota Qatar, sementara pemerintah Qatar mengecam keras serangan tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan. Sekreatris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres menyebut tindakan ini sebagai ancaman serius terhadap stabilitas kawasan.
Qatar selama bertahun-tahun berperan sebagai mediator dalam konflik Palestina-Israel. Peran ini membuat Doha menjadi pusat diplomasi penting, namun sekaligus rentan terhadap dinamika konflik. Dengan posisinya sebagai pengekspor energi global, stabilitas Qatar berimplikasi langsung pada pasar energi internasional.
Cadangan gas alamnya masuk tiga besar global, dan ekspor LNG menjadikan Doha pemain utama dalam pasokan energi ke Asia dan Eropa.
Pada 2023, ekspor kategori energi yang mencakup gas, minyak, dan produk distilasi mencapai US$84,6 miliar, atau 87% dari total ekspor. Ketika kota ini diguncang serangan, pasar global otomatis khawatir, bagaimana jika infrastruktur vital ikut terdampak?
Di luar LNG, minyak mentah masih menjadi sumber pendapatan signifikan. Produksinya sekitar 1,32 juta barel per hari pada 2023. Walau porsinya lebih kecil dibanding gas, minyak tetap menjaga diversifikasi portofolio energi Qatar dan memastikan aliran devisa dari Asia Timur.