Putraindonews.com – Dubai | Menteri AI UEA pada Rabu, mendesak negara-negara agar menyepakati tata kelola AI lebih cepat daripada Perjanjian Paris, yang pembuatan dan pemberlakuannya memakan waktu sampai bertahun-tahun.
Di Majelis Dubai untuk AI Generatif, His Excellency Omar Al Olama, Menteri Negara UEA untuk Kecerdasan Buatan, Ekonomi Digital & Aplikasi Kerja Jarak Jauh, menyatakan bahwa negara-negara memerlukan cara baru untuk mengatur AI.
“Menurut pendapat saya, diskusi global saat ini mengenai tata kelola AI bukanlah hal baru. Daripada mengatur teknologinya, kita bisa mengatur kasus penggunaannya,” katanya, Sabtu (14/10/23).
Dalam pertemuan yang dihadiri lebih dari 2000 peserta utusan perusahaan teknologi maupun konsultan ternama seperti Microsoft, Deloitte, PwC, IBM, Dubai Future Foundation meluncurkan Dubai Generative AI Alliance. Aliansi baru beranggotakan perusahaan-perusahaan teknologi ini bertujuan membantu Dubai mempercepat penerapan teknologi baru dan mendirikan salah satu pemerintahan yang didukung teknologi paling canggih dan efektif di dunia.
Khalfan Belhoul, CEO DFF, mengajak perusahaan dan inovator bergabung ke Dubai Generative AI Alliance, yang akan berfokus pada pengembangan percontohan teknologi inovatif dengan memanfaatkan AI, metaverse, dan Web3.
Pemerintah Dubai juga meluncurkan ‘Dubai AI’, sebuah layanan kota digital generatif bertenaga AI. Platform digital seluruh kota ini akan menyediakan informasi dan layanan komprehensif di bidang kesehatan, bisnis, dan pendidikan bagi penduduk dan pengunjung. Platform ini akan mengubah layanan pemerintah.
Hadirin juga mendengarkan bahwa sektor perbankan global dapat memperoleh keuntungan sebesar A.S.$400 miliar dari ledakan AI generatif. Red/HS