PUTRAINDONEWS.COM
DIY | Gunung Merapi yang memiliki ketinggian 2.968 m dpl. terletak di perbatasan 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.
Paska erupsi eksplosif tanggal 21 Juni 2020, terjadi peningkatan kegiatan berupa pemendekan jarak tunjam hasil pengukuran metode EDM dari Pos Babadan (sektor barat laut). Sejak tanggal 22 Juni hingga 9 Juli 2020 total pemendekan jarak tunjam sebesar 7 cm. Tanggal 4 Juli 2020, terjadi peningkatan jumlah kejadian gempa vulkanik dangkal. Hal tersebut dituturkan oleh Hanik Humaida, Dr. Dra., M.Sc., sabtu 11/07/20.
Sebagaimana dinetahui bahwa tingkat aktivitas Gunung Merapi adalah Waspada (Level II) sejak 21 Mei 2018.
Terkait cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari, sedangkan siang hingga sore hari berkabut. Asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah dan tinggi sekitar 150-600 m.
Jenis gempa yang terekam selama periode tanggal 22 Juni hingga 10 Juli adalah gempa hembusan, vulkanik dalam, vulkanik dangkal, multifase, low frequency, guguran, tektonik lokal, dan tektonik jauh. Jumlah masing-masing tipe gempa fluktuatif dan tidak menunjukkan tren peningkatan.
Deformasi Gunung Merapi diukur dengan menggunakan berbagai metode salah satunya adalah metode Electronic Distance Measurements (EDM). Letusan 21 Juni menyebabkan pemendekan jarak tunjam EDM di sektor Barat Laut (RB1) sebesar 6 cm terhitung pada 22 Juni 2020. Setelah itu terjadi pola pemendekan hingga saat ini tanggal 11 Juli mencapai 6 cm dengan laju rata – rata sebesar 0,3 cm.
Deformasi yang teramati dari data EDM merupakan salah satu tanda magma bergerak menuju ke permukaan. Namun, hal ini merupakan hal yang biasa terjadi di gunung api aktif. Menjelang erupsi magmatik di G. Merapi, biasanya didahului oleh deformasi atau perubahan bentuk gunung. Data EDM pada periode satu bulan menjelang erupsi 2006 menunjukkan bahwa deformasi terjadi sebesar 130 cm terukur dari Pos Kaliurang (sektor selatan) dan 20 cm terukur dari Pos Babadan (barat-laut).
Data EDM pada periode erupsi 2010 mencapai 300 cm terukur dari Pos Kaliurang, sementara dari Pos Babadan relatif tetap. Perilaku deformasi saat ini lebih mengikuti perilaku deformasi menjelang erupsi 2006. Oleh karena itu, perilaku erupsi nantinya diperkirakan akan mengikuti perilaku erupsi 2006.
Potensi ancaman bahaya saat ini berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari erupsi eksplosif di dalam radius 3 km dari puncak.
Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental hingga tanggal 9 Juli 2020, maka disimpulkan bahwa Kubah lava saat ini dalam kondisi stabil, Aktivitas vulkanik G. Merapi masih cukup tinggi dan ditetapkan dalam tingkat aktivitas “WASPADAâ€. Dan potensi bahaya saat ini berupa awan panas dari runtuhnya kubah lava dan lontaran material vulkanik dari letusan eksplosif. Ujar Hanik
Atas kondisi tersebut radius 3 km dari puncak G. Merapi agar dikosongkan dari aktivitas penduduk dan pendakian. Bagi Masyarakat di sekitar alur K. Gendol agar meningkatkan kewaspadaan.
Guguran lava dan awan panas berpotensi menimbulkan hujan abu. Masyarakat di sekitar dihimbau untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik. Untuk itu Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar G. Merapi.
Maka jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.
Adapun untuk mendapat informasi resmi aktivitas G. Merapi masyarakat dapat mengakses informasi melalui Pos Pengamatan G. Merapi terdekat, radio komunikasi pada frekuensi 165.075 MHz, website www.merapi.bgl.esdm.go.id, media sosial BPPTKG, atau ke kantor BPPTKG, Jalan Cendana no. 15 Yogyakarta, telepon (0274) 514180 – 514192. Tutup Hanik Humaida. Red/Ben