PUTRAINDONEWS.COM
BALI | Minggu 24 Februari 2019. Pemerintah Provinsi Bali telah memberangus money changer liar dan menutup toko-toko nakal di wilayah Benoa yang terafiliasi dengan travel agent dari Tiongkok yang sangat merugikan industri pariwisata dan pelaku ekonomi kreatif di Bali serta usaha money changer karena toko tersebut menabrak norma kesantunan serta merusak citra Bali di mata internasional.
Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA) Bali, Ayu Astuti Dharma mendukung tindakan tegas pemerintah Provinsi Bali terhadap travel agen Cina yang bermain curang dalam praktik penukaran valuta asing (valas) di Bali dan maraknya pembayaran dengan menggunakan Wechat (aplikasi e-wallet di smartphone) dengan menggunakan barcode yang sangat merugikan usaha jasa penukaran uang resmi. Ayu menambahkan penggunaan WeChat Pay dalam bertransaksi ini ilegal. Pasalnya mereka tidak menggandeng perusahaan domestik dalam memproses transaksinya.(21/2)
Ada dua praktik ilegal yang digunakan dalam transaksi ini. Pertama, menggunakan mekanisme transfer antar akun WeChat Pay. Jadi uangnya tidak masuk ke Indonesia, tetapi tetap berada di sistem keuangan China dan menggunakan yuan “Cara lainnya, para pemilik merchant nakal asal China tersebut membawa mesin electronic data capture (EDC) langsung dari China dan bertransaksi di sana. Cara ini pun merugikan Indonesia karena dananya tak masuk Indonesia. Selain itu maraknya money changer liar juga berpotensi dapat dimanfaatkan untuk kejahatan pencucian uang, kejahatan Narkoba dan pendanaan kegiatan terorisme yang dapat merugikan Negara khususnya Bali.
Ayu juga menjelaskan Keelokan pulau Dewata memang melekat kuat di benak warga dunia dan menjadi top mind sebagai destinasi favorit di Indonesia, bahkan bagi wisatawan Tiongkok, Bali menjadi keharusan bila mereka melancong ke Indonesia. Kondisi tersebut dimanfaatkan sekelompok orang untuk keuntungan pribadi. pungkasnya
” Bali adalah gate yang dilewati 40% wisatawan mancanegara Pariwisata sebagai core economy Indonesia, dan sumbangan Bali ke devisa saat ini masih Rp 70 T setahun tidak hanya itu sektor pariwisata juga menjadi tumpuan perekonomian masyarakat pulau dewata” tegas Ayu. (**)