BAMSOET ; Pertahanan & Keamanan Laut Indonesia Tidak Boleh Dianggap Remeh

 

.COM

| Sabtu 26 Januari 2019. Ketua DPR RI memandang sebagai wilayah yang berada pada persilangan dua benua dan dua samudera, pertahanan dan keamanan laut tidak boleh dianggap remeh. Dengan luas lautan mencapai 3,25 juta km (sekitar 3/4 dari wilayah daratan), menjadikan 70 persen wilayah Indonesia berupa perairan. Karena itu, keberadaan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) yang didukung alat utama sistem pertahanan (Alutsista) harus senantiasa diperkuat.

“Hal ini sejalan dengan visi Presiden menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Tidak hanya melakukan pembangunan yang land-oriented, Presiden juga memperkuat sea-oriented. Terbaru, pemerintah sudah meresmikan dermaga TNI Angkatan Laut Tawiri Ambon. TNI-AL juga belum lama ini menerima tambahan kekuatan baru berupa dua Kapal Angkatan Laut yang diproduksi di dalam negeri,” ujar usai bertemu Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, di Jakarta, Jumat (25/01/19).

BACA JUGA :   Tutup AOE 2025, Menko Pangan Zulhas Pesan Pentingnya Ekosistem Pemberdayaan Masyarakat

Dapil VII Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen ini juga mengingatkan TNI-AL agar senantiasa memperkuat early warning system (EWS), sehingga bisa meminimalisir potensi pelanggaran di perairan Indonesia. Seperti illegal fishing, pembajakan, sabotase, penyelundupan, maupun mengantisipasi kegiatan spionase.

“Kerjasama TNI-AL dengan berbagai kementerian dan instansi lainnya harus selalu diperkuat. Seperti yang sudah terlihat pada kerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam memberantas illegal fishing, maupun dengan Badan Narkotika Nasional dan Bea Cukai dalam memberantas penyelundupan Narkoba. Jika semua lembaga negara bisa terkoordinasi dengan baik, berbagai masalah apapun akan bisa dihadapi secara seksama,” terang Bamsoet.

Tak hanya itu, Bamsoet yang merupakan warga kehormatan TNI-AL ini juga mengingatkan agar kerjasama dengan tentara angkatan laut dari berbagai negara lain juga harus diperkuat. Selain untuk meningkatkan kemampuan tempur prajurit, kerjasama internasional juga penting untuk saling tukar informasi dan sharing ilmu pengetahuan.

“TNI-AL perlu memaksimalkan peranannya di sektor leading of maritime diplomacy. Peran aktif TNI-AL dalam menjalin kerjasama dengan angkatan laut negara lain, maupun kehadiran TNI-AL di berbagai forum internasional harus memperkuat kebijakan luar negeri pemerintah. Khususnya, dalam menegaskan garis batas wilayah kedaulatan perairan Indonesia,” jelas Bamsoet.

BACA JUGA :   Tim Ombudsman Lakukan Evaliuasi Pelayanan Publik di Jakut

Bagi Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini, penegasan garis batas sangat penting. Mengingat konflik Laut Cina Selatan yang tidak kunjung selesai menyebabkan berbagai potensi masalah hukum yang dihadapi Indonesia maupun negara-negara Asia Tenggara lainnya. Semisal, seperti terjadi di perairan bagian utara Kepulauan Natuna.

“Tiongkok sempat mengklaim wilayah perairan bagian utara Kepulauan Natuna masuk dalam wilayah perairan mereka. Sementara, negara-negara sekitar Asia Tenggara sudah sejak dulu mengakui wilayah tersebut merupakan kedaulatan Indonesia. TNI-AL melalui fungsi diplomasi maritim, perlu untuk memperkuat penegasan yang sudah disampaikan pemerintah. Jangan ragu-ragu menindak kapal maupun nelayan asing yang mengklaim dan masuk seenaknya ke wilayah perairan Indonesia,” pungkas Bamsoet. (**)

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!