Bangun Generasi Santri Hebat, Pesantren Tarbiyatul Falah Al-Malikiyyah Perjuangkan Asrama

Putraindonews.com, Banten –  Di tengah mahalnya biaya pendidikan di berbagai daerah, sebuah pondok pesantren di pelosok Kabupaten Lebak, Banten, justru hadir sebagai oase bagi masyarakat kurang mampu. Pondok Pesantren Tarbiyatul Falah Al-Malikiyyah, yang diasuh oleh KH . Zamzami bersama sang istri Hj. Siti Nurlelah, membuka pintu pendidikan tanpa memungut biaya apa pun—kecuali iuran makan sebesar Rp400 ribu per bulan.

Terletak di Jl. Raya Sampay KM 18, Kampung Pasir Akmad, Desa Muara Dua, Kecamatan Cikukur, pesantren ini berdiri di atas cita-cita luhur: mencetak generasi alim ulama dari kalangan masyarakat biasa, tanpa membebani mereka secara finansial.

“Biaya itu murni hanya untuk makan. Lemari, tempat tidur, bahkan listrik, semuanya disiapkan oleh pesantren. Kami tidak tarik uang bangunan, tidak ada SPP,” ujar KH Zamzami saat dihubungi pada Sabtu (7/6/2025).

Sejarah Perjuangan: Berawal Satu lantai Hingga saat ini Bangunan Empat Lantai

Pesantren ini bermula dari tanah milik orang tua alm. KH. Abdul Malik dengan nama Pondok Pesantren Darul Ulum Al-Malikiyyah yang berdiri pada tahun 1960 an hingga saat ini dan KH. Zamzami pada tahun 2015 membuka Pondok PesantrenTarbiyatul Falah Al-Malikiyyah, dengan lokasi yang tidak jauh dari pondok pesantren milik alm Buya KH.Abdul malik sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua pendiri.

BACA JUGA :   Apindo Gelar Audiensi dengan Menteri Kesehatan

Proses pembangunan pesantren berjalan bertahap sejak 2015, termasuk asrama putri yang kini telah berdiri megah. Fokus pembangunan saat ini tertuju pada asrama putra empat lantai, yang kini telah mencapai progres 70%. Lantai keempat dijadwalkan mulai dibangun pekan depan.

“Ukuran bangunannya 15×22 meter. Diperkirakan masih butuh biaya Rp400-500 juta lagi. Setiap lantai punya kamar mandi dan WC masing-masing, tidak seperti asrama putri,” jelas KH Zamzami.

Rencananya, bangunan ini akan memiliki 28 kamar ukuran 4×4 meter, lengkap untuk menunjang kenyamanan santri putra.

Disiplin, Penuh Semangat, Tanpa Donatur Tetap

Saat ini, Pondok Pesantren Tarbiyatul Falah Al-Malikiyyah membina sekitar 250 santri putra dan putri, dengan delapan pengajar yang turut mengasuh dan mendampingi santri setiap hari. Sistem pembelajaran mengacu pada tradisi salafiyah, dipadukan dengan kegiatan ekstrakurikuler seperti MTQ, tahfidz, dan retorika dakwah.

Kehidupan santri berlangsung teratur dan padat, dimulai sejak pukul 05.30 pagi hingga 22.00 malam. Mereka belajar kitab, mengaji, menghafal, dan mengikuti kegiatan yang disesuaikan dengan minat dan potensi masing-masing.

BACA JUGA :   Komisi X DPR RI Dorong agar Kebijakan Tanpa Toleransi Terhadap Perundungan Harus Diterapkan Semua Sekolah

“Kami lihat potensi anak. Kalau bagus hafalan, kita arahkan ke MTQ. Kalau pandai bicara, kita bimbing retorikanya. Kami ingin mereka jadi pejuang ilmu, bukan hanya penghafal kitab,” tutur KH Zamzami.

Meski tanpa donatur tetap, pembangunan pesantren terus berjalan. Semuanya dilakukan secara gotong-royong dan dengan semangat tulus para pengasuh dan masyarakat sekitar.

“Kami tidak pernah meminta-minta, hanya berharap ada yang ikut peduli. Yang terpenting, mohon doanya agar pesantren ini tetap berjalan, anak-anak sehat, dan menjadi generasi berguna,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Idul Adha dan Asa Masa Depan

Menjelang Idul Adha tahun ini, pesantren juga akan melaksanakan pemotongan hewan kurban, meskipun secara sederhana.

“Tahun ini hanya dapat kambing, tapi anak-anak tetap antusias. Semangat mereka luar biasa,” ungkap KH Zamzami.

Ia pun menutup perbincangan dengan harapan besar: “Semoga setiap santri di sini mendapatkan ilmu yang bermanfaat, menjadi pemimpin masa depan, dan bisa membawa cahaya Islam ke tengah masyarakat.” Red/TK

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!