Putraindonews.com – Jakarta | Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyampaikan ceramah peringatan Nuzulul Quran yang digelar PDI Perjuangan di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung Selasa malam (11/4).
Mahfud menyampaikan ada banyak pelajaran dalam Al-Quran, terutama Islam Washatiyah yang bisa diambil dalam membangun Indonesia. Praktik Islam Washatiyah ini juga sejak awal dijalankan oleh Bung Karno.
“Al-quran adalah kitab yang luar biasa, mujizat terbesar yang selalu menimbulkan ketakjuban, banyak pedoman yang bisa kita ambil dalam membangun Indonesia ini,” kata Mahfud.
Dalam ceramah di masjid yang didirikan dan didedikasikan untuk almarhum Taufik Kiemas ini, Menko Mahfud juga mengapresiasi almarhum Taufik Kiemas, yang mendidik banyak kader dan calon pemimpin. Taufik Kiemas menurut Mahfud tidak hanya membentuk kader dari kelompok nasionalis, tapi juga mengkader generasi muda islam.
Mahfud mengakui dirinya termasuk salah satu yang diajak mantan Ketua MPR RI itu masuk dalam politik dan pemerintahan, dan selalu diajak diskusi masalah kebangsaan oleh almarhum.
Dalam Ceramah Nuzulul Quran yang disimak secara daring oleh DPC PDIP se-Indonesia ini, Mahfud menjelasakan perihal konsep dan praktik Islam Washatiyah.
Turut hadir secara daring adalah Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPR Puan Maharani. Adapun hadir di lokasi; Wakil Ketua MPR RI yang juga Ketua PDI-P Ahmad Basarah, Ketua Umum PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi_ Hamka Haq serta Sekretaris Umum PP Bamusi Nasyirul Falah Amru (Gus Falah).
Mahfud menyebutkan bahwa ajaran Bung Karno tentang Jas Merah yang dimaknai kalimat jangan melupakan sejarah adalah gagasan yang lahir dari Al-Quran, khususnya ayat yang berbunyi; hai orang-orang yang beriman, bartakwalah kamu dan belajarlah pada sejarah masa lalu mu agar bisa menata masa depanmu dengan baik.
Mahfud menekankan, “Karena itu sejak dulu, Negara ini telah berdiri di dalam proses pemikiran intelektulias seperti Bung Karno, sosok agamis yang nasionalis.”
NKRI berdasarkan Pancasila ini bila dikaitkan Al-Quran adalah apa yang disebut pelaksanaan Islam Washatiah, Islam yang ditengah, dan dalam Islam Washatiyah ada banyak hal yang telah dilakukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
“Menciptakan umat islam yang ditengah (washatiyah) sama persis yang bisa digali dari dasar negara Pancasila,” ungkapnya.
Menko Mahfud menjabarkan antara lain dalam Washatiyah, adalah selalu seimbang (Tawazul) dalam hubungan dengan masyarakat, terutama dalam ideologi hidup bersama. Toleransi (Tasamuh) menerima perbedaan sebagai fitroh karena perbedaan adalah rahmat, kemudian Ishlah (reformasi), memperbaiki tergantung situasi, disesuaikan dengan kebutuhandan perkembangan tempat dan zaman dan budaya.
Mengenai diundangnya kembali Mahfud MD dalam acara di lingkungan PDI Perjuangan ini, Ahmad Basarah mengungkapkan bahwa mantan Ketua MKRI yang merupakan tokoh Islam dari kalangan NU ini memang memiliki huhungan yang sangat baik dengan PDI Perjuangan.
“Alhamdulillah, Prof Mahfud hubungannya sangat baik dengan PDIP, khususnya dengan ibu Hajjah Megawati Soekarnoputri” ungkap Wakil Ketua MPR itu saat menyampaikan sambutan di awal acara.*