Putraindonews.com – Dunia pendidikan Indonesia kembali menjadi sorotan, lantaran kasus bullying (perundungan) anak sekolah belakangan marak terjadi. Untuk itu, diperlukan upaya yang bisa mengurangi aksi perundungan di Sekolah.
Demikian dikemukakan Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf, dikutip Minggu (14/9/2024), merespons masih maraknya bullying yang terjadi hampir ditiap-tiap lingkungan sekolah.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi aksi perundungan di sekolah, menurut Dede Yusuf adalah dengan meningkatkan lagi program ekstrakulikuler (ekskul) sebagai bagian dari pendidikan karakter.
“Saya tentu sedih mendengar banyaknya kasus perundungan di lingkungan anak sekolah, dan saya mempertanyakan kenapa anak umur segitu seberani dan senekat itu melakukan tindakan keji,” kata politisi Partai Demokrat itu lagi.
Diketahui, kasus perundungan anak yang tengah menjadi perhatian publik, yakni kasus perundungan pada siswa SMK Negeri 1 Gorontalo, berinisial AR (14). Ia diduga dipalak dan dipaksa meminum minuman keras oleh beberapa siswa lainnya di lingkungan sekolah.
Beberapa waktu lalu, perundungan juga terjadi di SMP 3 Sungguminasa Gowa, Sulawesi, di mana seorang siswa dianiayai oleh temannya sendiri hingga terkapar. Video perundungan dengan aksi kekerasan itu viral di media sosial.
“Jawabannya mungkin saja karena kurangnya kegiatan energik di sekolah sehingga kurang terbentuknya pendidikan karakter bagi anak-anak,” sambungnya.
Selain itu, juga menekankan pentingnya pendidikan karakter, untuk menekankan kasus perundungan anak usia sekolah.
sangat diperlukan untuk menekan kasus perundungan maupun kejahatan anak usia sekolah. Pendidikan karakter salah satunya bisa didapat lewat kelas-kelas ekstrakulikuler yang pada masa-masa sebelumnya merupakan progran wajib di sekolah.
“Ekskul itu bukan pembelajaran akademik, tapi pembelajaran karakter. Nah itulah yang belum banyak memahami, Pemerintah kita masih fokus pada pendidikan akademik saja,” ujarnya.
Menurutnya, pendidikan karakter sangat penting dimiliki oleh anak-anak, dan seharusnya sudah ditanamkan sedini mungkin, yang bisa didapat lewat kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
“Ekskul harusnya tetap digiatkan, karena kalau tidak, anak-anak energinya tersalurkan ke hal-hal yang tidak benar. Ketika ekskul ataupun kegiatan aktivitas anak muda menjadi kurang terperhatikan maka anak-anak ini perlariannya nongkrong, minum-minum atau melakukan hal-hal yang tidak terpuji,” paparnya.
Sementara, masih menurut Dede, kalau dilihat generasi dulu itu, ekskul banyak dan bahkan sampai sore. Jadi tidak membuat anak-anak itu energinya habis hanya untuk main game online atau hal-hal yang bersifat negatif.
“Sayangnya saat ini, kegiatan ekskul di sekolah hanya bersifat pilihan, sehingga kurang mendapat atensi. Apalagi, pihak sekolah tidak mendapat dukungan pendanaan dari pemerintah sehingga ekskul di sekolah hanya sekadar formalitas saja dan hasilnya kurang efektif,” ungkapnya.
Untuk itu, Dede mendorong pemerintah memberikan dukungan dana untuk program ekskul di sekolah. Terutama bagi sekolah-sekolah negeri yang memiliki banyak siswa dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
“Karena biasanya, siswa dari kalangan menengah ke atas lebih memiliki akses kegiatan ekstrakulikuler mandiri di luar sekolah melalui kursus-kursus,” pungkas Kang Dede, sapaan akrab mantan Wagub Jawa Barat itu. Red/HS