Perusahaan-perusahan eksportir itu bersaing dengan ratusan perusahaan lain dari berbagai negara, tidak hanya di Amerika melainkan dari Asia, Amerika Latin hingga Eropa. Tidak mengherankan bila ribuan orang terlihat menyemut di pameran hari pertama dari 3 hari yang diagendakan yakni hingga Selasa (13/3).
Paviliun Seafood Indonesia menempati booth #3133 dan mempromosikan produk hasil industri perikanan Indonesia agar dapat diterima di pasar AS dan dilirik pasar mancanegara lainnya. Posisinya yang strategis juga menguntungkan Indonesia dalam menarik pengunjung di pameran yang melibatkan ratusan exhibitor dari 46 negara dari berbagai belahan dunia tersebut.
“Tahun ini sangat baik (lokasi booth paviliun seafood Indonesia), besar, dekat dengan pintu utama, langsung begitu masuk. Semua komentar dari perusahaan-perusahaan (eksportir seafood Indonesia yang ikut pameran) juga sangat baik. Beberapa pengusaha besar yang selama ini terpisah dari booth Indonesia pada saat ini mau bergabung,†tutur Menteri Susi.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Susi juga menyaksikan penandatanganan kerja sama bisnis antara Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) dengan 2 buyer AS, Harbor Seafood Inc dan North Atlantic Inc.
Dalam kontrak kerja sama dengan Harbor Seafood Inc., disepakati Indonesia akan memasok daging kepiting, ikan beku, dan cephalopod atau hewan bertentakel seperti gurita dan sotong. Kerja sama ini mencapai nilai USD16,5 juta. Adapun dalam kontrak dengan North Atlantic Inc., Indonesia akan memasok bahan baku frozen mixfish dalam jangka waktu 1 tahun. Kontrak ini bernilai USD5,4 juta.
“Mudah-mudahan melalui acara ini produk perikanan Indonesia dapat dikenal dan berkembang di pasar internasional,†harap Menteri Susi.
Perlu diketahui, AS merupakan pasar penting ekspor perikanan Indonesia. Dari tahun ke tahun, ekspor ke AS terus meningkat mulai dari USD1,45 miliar (2015) menjadi USD1,6 miliar (2016), dan terakhir mencapai lebih dari USD1,8 miliar (2017). Nilai tersebut didominasi oleh udang sebagai komoditas ekspor utama.
Surplus perdagangan dengan AS juga terus mengalami peningkatan, mulai dari USD1,3 miliar (2015), menjadi sekitar USD1,55 miliar (2016), dan hampir menyentuh USD1,75 miliar (2017).
( Sumber ; Biro Kerjasama dan Hub. Masyarakat kementrian Kelautan dan Perikanan )