Putraindonews.com – Manggarai | Program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) adalah layanan pendidikan melalui kursus dan pelatihan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan menumbuhkan sikap mental wirausaha dalam mengelola potensi diri dan lingkungan yang dapat dijadikan bekal untuk berwirausaha.
Di Kabupaten Manggarai, program ini dilaksanakan oleh Dekranasda Kabupaten Manggarai didukung oleh Dekranasda Provinsi Nusa Tenggara Timur sejak bulan Oktober hingga Desember 2021 dengan mengusung tagline: 1000 Tekun Tenun NTT.
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Manggarai mendapat kuota 220 orang dari 1000 kuato yang dialokasikan untuk Nusa Tenggara Timur.
Maka dengan demikian, Kabupaten Manggarai merupakan Kabupaten dengan kuota peserta paling banyak se-Nusa Tenggara Timur.
Proritas program ini adalah remaja putus sekolah dan tidak pernah mendapat bantuan bantuan dari Pemerintah.
Program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia ini berlangsung selama 200 jam pelajaran.
Pada Sabtu, 27 November 2021, Dekranasda Kabupaten Kabupaten Manggarai secara resmi menutup jam pelajaran dan menggelar pamerah hasil karya para peserta PKW.
Saat penutupan, Ketua Dekranasda Manggarai, Meldiyanti Hagur Nabit menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyukseskan kegiatan ini.
“Terima kasih kehadiran Ibu Julie (Ketua Dekranasda Provinsi NTT, Julie Laiskodat), yang sudah memenuhi undangan kami untuk datang ke Ruteng. Kami juga berterima kasih karena sudah berjuang sehingga kami bisa dapat program PKW ini dan terima kasih juga untuk tim Kementrian†Ujar Istri Bupati Manggarai, Herybertus GL Nabit itu.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Bupati, Wakil Bupati dan Ketua DPRD Manggarai yang mendukung penuh penyelenggaraan PKW.
“Terima kasih, kami sudah diberikan ruang yang cukup, untuk mengembangkan kreatifitas di Kabupaten Manggarai. Perlu saya sampaikan, anak-anak kami sangat luar biasa†katanya.
Ia mengaku, awalnya pesimis, apakah peserta PKW akan serius mengikuti pelatihan. Alhasil, saat pemetaan potensi mereka menunjukan keseriusan.
Peserta PKW di Manggarai dibagi berdasarkan potensi yakni, tenun, ecoprint, pewarnaan benang alam dan jahit.
“Dan ternyata dalam satu dua hari kami berikan materi, kami melihat dan yakin anak-anak kami serius†katanya.
Hasil karya peserta PKW Kabupaten Manggarai
Ia juga meminta kepada Pemda Manggarai, Dekranasda Provinsi NTT dan Kemendikb Ristek untuk mendukung kegiatan Dekranasda Manggarai ke depannya.
“Kami minta dukungan pada kegiatan berikutnya, supaya anak-anak ini tidak ketinggalan dan tidak putus prosesnya. Karena untuk sampai mereka mandiri, membutuhkan waktu yang cukup panjang†ujar dia.
PKW Manggarai Terbaik di NTT
Dalam sambutannya, Koordinator Bidang Pembelajaran dan Penilaian Direktorat Kursus dan Pelatihan Kemendikbud Ristek Enah Suminah, mengaku bangga dengan pelaksanaan PKW di Manggarai.
“Kami bangga berada di antara Bapak Ibu, pada kegiatan penutupuan hari ini, dan pameran hasil karya peserta PKW yang luar biasa, di luar ekspektasi kami. Karena di proposal, kami menerima hanya ada satu program pelatihan yakni menenun, ternyata hasilnya lebih dari menenun. Dua jempol untuk kita semua†katanya.
Bahkan ia mengaku sangat terharu saat melihat langsung hasil karya peserta PKW Kabupaten Manggarai.
“Keluar air mata saya, saya sangat terharu. Luar biasa hasilnya ini. Ini pencapaian yang luar biasa, terima kasih Ibu Ketua Dekranasda Provinsi NTT dan Ketua Dekranasda Manggarai†ujar dia.
Pelatihan ini kata dia, untuk meningkatkan kecakapan para generasi milenial, agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri sekaligus berwirausaha dengan ketrampilan, sesuai potensi dan kebutuhan daerah.
“Salah satu kebutuhan di Manggarai adalah tenun, yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari. Saya yakin karya yang dihasilkan oleh adik-adik tidak akan macet†katanya.
Sementara, Ketua Dekranasda Provinsi NTT, Julie Laiskodat mengungkapkan, PKW Manggarai menjadi yang terbaik dari 17 Kabupaten di NTT yang menyelenggarakan PKW.
Itu dinilai dari jumlah peserta PKW terbanyak di NTT, yakni 220 orang dan Ketua Dekranasda Manggarai intens menyampaikan laporan perkembangan pelatihan kepada Pengurus Dekranasda Provinsi maupun ke Kementrian.
“Sehingga pengorbanan Ibu Ketua Dekranasda Manggarai dan Wakil Ketua Dekranasda Manggarai (Florentina G. Ngabut) sampai malam hari itu, saya tahu persis. Yang paling penting adalah hasil karya peserta PKW, kualitas yang bagus bahkan di luar ekpektasi†ungkapnya.
Tahun depan kata dia akan ada lagi pelatihan, namun bukan lagi tenun tapi potensi lain yang ada di Manggarai.
“Pelatihan ini adalah ujian untuk kita semua khusunya Manggarai, apakah kita dapat program lagi atau tidak. Tapi karena ini berhasil, maka pelatihan ini akan menjadi pintu untuk program-program lain masuk ke Manggarai†kata Istri Gubernur NTT, Victor Bungtilu Laiskodat itu.
Dikatakan, selain kekayaan alam di NTT, budaya dan peninggalan nenek moyang juga sangat luar biasa kaya, karena dari 22 Kabupaten/Kota memiliki 770 motif tenun, termasuk Manggarai. Itu alasan PKW di NTT adalah tenun.
Sebab selama ini, sebagian besar yang menjadi penenun adalah orang tua. Ia tidak mau, apa yang ditinggalkan oleh leluhur NTT, punah.
Ia juga mengungkapkan, banyak motif NTT sudah printing meraja lela, kalau itu dibiarkan akan mematikan mata pencaharian penenun di NTT.
Sebab itu, pihaknya berencana patenkan motif tersebut agar orang lain tidak mengklaim kekayaan intelektual ini. Bahkah ia berencana agar motif tenunan NTT akan didaftarkan di UNESCO, dan itu dilakukan secara bertahap.
Dekranasda juga kata dia akan menjadi wadah untuk membeli tenunan hasil karya peserta PKW.
Wakil Bupati Manggarai, Heribertus Ngabut mengungkapkan, persoalan di NTT, sebagian besar tenunan seperti ini lebih banyak dijadikan konsumsi pribadi.
“Kalau yang saya lihat, selama ini tenunan kita pasarnya hanya di kampung-kampung. Tapi sekarang kita berusaha agar ruang pasar tenun ini bisa bersaing di kota†ujarnya.
Ia mengatakan, suatu saat akan ada satu showroom yang berpusat di kota Ruteng. Itu bukan hanya untuk kepentingan penjualan, tapi lebih dari itu sebagai tempat untuk pembelajaran.
“Untuk anak-anak kita, agar mengerti juga sebagai salah satu muatan lokal di sekolah, untuk mengerti simbol atau motif yang ada pada kain tenunan itu. Dengan demikian rasa cinta dan apresiasi akan budaya itu ada†katanya. Red/Ben
***