Putraindonews.com – Banda Aceh | Akademisi Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala (FKP USK) mengenalkan bubu berbahan galvanis.
Bubu tersebut termasuk alat tangkap ikan laut yang dinilai lebih ramah lingkungan untuk mendukung ekonomi nelayan dan industri perikanan berkelanjutan.
“Bubu ini adalah modifikasi dari bubu sibolga yang banyak digunakan nelayan di Aceh bagian barat-selatan. Bubu ini kita modifikasi menggunakan bahan baku galvanis, yakni kawat yang mengandung baja dan diklaim anti-karat dan korosi,” kata Ketua Tim Pengabdi dari FKP USK Adrian Damora di lokasi pelatihan kepada nelayan Gampong (Desa) Lhok Paroy, Kabupaten Aceh Besar, Minggu (30/7).
Inovasi itu merupakan program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Produk (PKMBP) 2023 yang hasilnya diterapkan oleh nelayan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Adrian menjelaskan bubu modifikasi tersebut belum memiliki nama, berukuran sekitar 1 x 1,5 meter dengan dinding kawat galvanis yang dibentuk berupa kotak persegi dengan rangka rotan, pemberat kayu, dan ditutupi permukaannya dengan daun pinang.
Tujuan program itu diharapkan agar nelayan Lhok Paroy bisa mengurangi biaya melaut setelah menggunakan alat tangkap yang lebih tahan lama, bubu menjadi alternatif alat tangkap saat musim angin barat karena bisa digunakan tidak terlalu jauh dari pantai dan karang, dan nelayan bisa menangkap ikan secara selektif sehingga populasi ikan karang bisa terjaga.
“Karena selama ini alat tangkap di Aceh besar didominasi alat tangkap yang bisa dikatakan kurang ramah lingkungan karena juga menangkap ikan-ikan kecil yang notabene ikan itu belum dewasa. Secara biologi, ikan-ikan kecil yang terus ditangkap membuat mereka tidak sempat bereproduksi sehingga bisa menurunkan jumlah populasi dan bisa terjadi kepunahan,” ungkapnya. Red/JH