Putraindonews.com – Kasus perundungan (bullying) anak di sekolah, merupakan masalah mendesak dan memprihatinkan yang memerlukan tindakan segera dari semua pihak terkait. Pasalnya perundungan, baik secara fisik, verbal, maupun secara daring, tidak hanya merusak bagi kesejahteraan fisik dan emosional anak, tetapi juga mengganggu proses pembelajaran dan menciptakan lingkungan yang tidak aman dan tidak kondusif bagi pertumbuhan mereka.
Masalah perundungan anak di sekolah (disemua tingkatan, SD, SMP dan SMA) yang tak kunjung terselesaikan, dan bahkan terus terjadi ini pun mengundang keprihatinan Ketua Umum Alumni SMA se-Jakarta Bersatu (ASJB) R.A. Jeni Suryanti, saat diminta tanggapannya oleh awak media di Jakarta, Jumat (15/3/2024).
Dengan tegas Jeni mengatakan kalau masalah perundungan menjadi concern atau perhatian serius organisasi yang dipimpinnya. Pihaknya pun menyambut positif keberadaan Satuan Tugas (Satgas) Anti Bullying bentukan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek dan Teknologi (Kemenristek).
“Tapi sebaiknya, juga dibentuk semacam gugus tugas di sekolah yang diberi kewenangan untuk menengahi dan melaporkan kejadian tersebut ke pimpinan sekolah,” ujarnya.
Jeni juga menuturkan, jika disetiap sekolah hendaknya harus mempunyai tim khusus untuk memantau kondisi anak-anak apakah anak tersebut bisa berpotensi menjadi pelaku atau korban bullying. Misalnya sekolah tahu anak-anak yang potensial jadi pelaku perundangan, maka yang bersangkutan harus diedukasi, pun orangtuanya.
“Kalau tidak punya sistem ini, berarti sekolah abai terhadap isu perundangan. Nah, gugus tugas yang kita maksud, terdiri dari siswa dan guru bidang kesiswaan, dan sebaiknya lagi ditiap-tiap sekolah diterapkan Bela Negara guna memberikan wawasan kebangsaan bagi para anak didik,” sebutnya lagi.
Dengan sosialisasi penguatan pendidikan wawasan kebangsaan, menurut Jeni, dapat menanamkan dan menumbuhkembangkan nilia-nilai budaya, patriotisme dan Bela Negara guna terwujudnya kehidupan bermasyarakat yang aman, damai dan tenteram dalam menyongsong Indonesia Maju, Mandiri dan Bermartabat.
“Untuk itu maka perlu adanya upaya menanamkan, menumbuhkembangkan dan memelihara wawasan kebangsaan masyarakat melalui pusat-pusat pendidikan seperti keluarga, masyarakat dan sekolah yang kita kenal dengan tri sentra pendidikan (tiga pusat pendidikan),” katanya seraya menambahkan agar anggaran pendidikan semestinya digunakan untuk pembinaan mental siswa juga.
Terakhir, ASJB mengharapkan agar pemerintah lebih fokus pada tujuan atau hasil dari pendidikan, dan tidak membebani pendidik dengan laporan-laporan, sehingga tidak fokus memperhatikan siswa didiknya. Bahkan, mulai dari pendidikan bagi anak usia dini, sebaiknya melibatkan orangtuanya dalam kegiatan di sekolah, supaya apa yang diajarkan di sekolah dapat diteruskan/diterapkan di rumah, yaitu mengenali tubuhnya, merawat kebersihan dirinya, makan dan minum yang sehat.
“Temasuk beraktivitas bersama, supaya tidak main hp atau gadget terus. Karena tujuan pendidikan agar siswa menambah nilai bagi dirinya, bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan negara. Apalagi, sekarang kan siswa belajar untuk mengejar nilai saja sehingga mengharuskan mereka berkompetisi, walaupun akhirnya mereka jadi melupakan hal penting buat kelanjutan hidup mereka kelak, jaringan pertemanan,” demikian Ketum ASJB Jeni Suryanti. Red/HS