Mayjen TNI (Purn.) D Hendardji Soepandji. SH
Putraindonews.com – Jakarta 21 Desember 2016, Pilkada yang akan dilaksanakan pada 15 Februari 2017 mendatang bisa disebut mengadu domba rakyat dan tidak sesuai jati diri bangsa Indonesia.
“Permainan uang pasti terjadi, tidak mungkinlah tidak ada permainan uang itu,” ujar Hendardji Soepanji. “Demokrasi Pancasila tapi rasa liberal, kalau ditanya apa rasanya, maka itu jawabnya, yakni rasa liberal,” ia berterus terang.
Jenderal yang di tahun 2012 lalu mencoba peruntungannya pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta mengaku Pilkada langsung tidak cocok untuk bangsa Indonesia dan cita-cita pendiri bangsa. “Saya ikut membuktikan, bahwa ini adalah demorasi yang salah,” tegas mantan Asisten Pengamanan KASAD yang dikenal tentara jujur dan tidak neko-neko ini.
Mantan Komandan Pusat Polisi Militer TNI-AD (Puspomad) yang saat ini lebih humanis, banyak tersenyum itu bahkan dengan keras bersuara, bahwa kita harus kembali ke UUD 1945. “Karena yang sekarang ini berlangsung adalah demokrasi keblinger. Demokrasi keblinger, itu saya tegaskan,” ujar ayah dua orang anak dan dua cucu ini.
Punya banyak cerita bagaimana pemilihan kepala daerah (Pilkada atau Pemilukada) dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah.
Telah diajarkan oleh orang tua untuk selalu berkata jujur. Karena itu, prinsip kejujuran sampai saat ini tetap dipegang teguh sampai akhir hayat. Hidup Jujur bagi sebagian orang mungkin sulit, tapi tidak bagi Hendardji. Berkata Jujur terkadang menghadapi resiko, namun resiko itu tidak sebanding dengan nilai kejujuran karena jujur berkaitan dengan martabat seseorang.
“Sekarang ini dengan Pilkada langsung rakyat kaya diadu-adu,” ujar purnawirawan bintang dua, siswa lulusan AKABRI 1974 itu. “Pemilihan langsung higth cost. Menjalankan roda ekonomi dengan cara bodoh dan membuat kita terkotak-kotak,” jelas adik kandung mantan Jaksa Agung, Hendarman Soepandji dan kakak kandung dari Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, Budi Susilo Soepandji itu.
Hendardji dengan berani dan terus terang menyebut dan menegaskan bahwasannya, Pilkada langsung adalah produk dari pemikiran barat. Menyebut demokrasi kita bukan liberal, bukan sosialis, bukan barat bukan timur. “Demokrasi kita Pancasila. Yang mengedepankan musyawarah mufakat,” ujarnya.
Indonesia itu majemuk, terletak di antara benua dan samudra besar. “Jika ingin menjalankan roda ekonomi itu dengan olahraga, seni budaya, bukan dengan mengadu domba rakyat,” papar pria terbaik dalam penataran P4 yang diselenggarakan BP 7 tingkat Nasional pada tahun 1994 di Pejambon itu.
Termasuk dari jenderal-jenderal TNI yang setuju kita kembali UUD 1945. “Kita jangan memahami demokrasi Pancasila setengah-setengah. Saya setuju kembali ke UUD 1945. Bukan setuju pada pemikiran yang mengacaukan republik ini, tapi dengan cara yang benar,” tutur pria sering kongkow dengan para pendukung Pancasila sejati.
Kabarnya, di bulan 10 Februari 2017 akan mengadakan diskusi atau kongkow-kongkow. “Ha-ha-ha, itu ulang tahun saya genap berusia 65 tahun. Belum tahu, mau ada apa, paling silaturahmi dengan teman dan keluarga, ingin mengadakan kumpul-kumpul seni budaya,” kata Hendardji.
Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar rajin menjalani puasa Senin Kamis dan hingga kini berada dalam kelompok kecil-kecilan bertahan dengan pemikiran serta memberi transfer ilmu edukasi ke generasi muda tentang Pancasila, Hendardji termasuk rajin keliling Indonesia. “Kalau itu sih, urusannya macem-macem,” ujar Komisaris Independen di PT. Cahaya Kalbar, Tbk (Wilmar International Group) itu
Dikenal sebagai Ketua Umum Organisasi induk karate se-Indonesia, (FORKI) yang pada Seagames terakhir mengukir prestasi luar bisa dengan menyumbangkan medali emas terbanyak bagi Indonesia. Atas prestasi inilah, Hendardji dianugerahi penghargaan Pembina Olahraga Terbaik sepanjang tahun 2011.
Hendardji juga sebagai Dewan Pembina Ikatan Penulis dan Jurnalis Indonesia – IPJI serta CEO atau pimpinan Lembaga kursus bahasa Inggris LIA se Indonesia yang sudah berusia 57 tahun bisa eksis sebagai lembaga kursus terbesar dan tersebar secara nasional. “Saya benahi manajemen dengan teknologi di era digital, membenahi kursus LIA di era teknologi, bukan manajemen bukan tiba saat, tiba akal,” ujarnya.
“Intinya, kita harus selalu bersyukur. Kalau orang yang selalu bersyukur tak ada istilah tersumbat. Mensyukuri nikmat Allah, itu saja kuncinya menjadi sehat,” ujar pemilik usaha kafe dan roti bakar ini.
“Jika ditanya, apakah tertarik ikut partai politik yang saat ini banyak sekali. Saya tegaskan lagi, sama sekali tidak tertarik untuk bergabung dengan partai politik atau kekuasaan,” ujar Hendardji.
“Yang penting kita itu, harus happy dan positif thinking,” pria yang masih rutin latihan karate seminggu sekali, berenang 500 meter dan jalan kaki 10 kilometer ini menjelaskan panjang lebar.