Putraindonews.com – Kulon Progo | Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan kajian diversifikasi produk pertanian untuk menjaga keseimbangan harga, sehingga petani dan konsumen sama-sama diuntungkan.
Ni Made Dwipanti Indrayanti di Kulon Progo, Kamis (21/9/23), mengatakan hari ini, dirinya memantau lokasi penanam bawang merah di Srikayangan, hanya saja semua wilayah ditanami bawang merah, sehingga menyebabkan harga anjlok akibat suplai komoditas ini melimpah.
“Kami minta adanya kajian diversifikasi produk pertanian untuk menjaga harga bawang merah tidak anjlok,” kata Ni Made.
Ia mengatakan pemkab melalui Dinas Pertanian dan Pangan juga melakukan kajian pemanfaatan lahan marginal yang belum ditanami komoditas lain yang memiliki nilai jual dan dibutuhkan masyarakat.
Lahan pertanian harus dimanfaatkan secara optimal dengan tanaman yang dibutuhkan masyarakat dan bisa panen sepanjang musim.
“Kami minta dinas teknis melakukan kajian cara pemanfaatan air, dan hingga varietas yang tahan kekeringan. Selain itu, pendampingan kepada petani,” katanya.
Lebih lanjut, Ni Made mengatakan Kulon Progo memiliki produk unggulan hortikultura, yakni bawang merah dan cabai. Dua komoditas ini sangat rentan terhadap produksi dari wilayah lain, sehingga menyebabkan harga di tingkat petani anjlok.
Misalnya, harga bawang merah di tingkat petani berkisar Rp7.000-Rp8.000 per kilogram. Sementara harga di tingkat pedagang pasar rakyat di atas Rp30 ribu per kilogram.
“Ini menjadi pekerjaan rumah kami untuk memangkas rantai pasokan,” katanya.
Petani Srikayangan Yuliyantoro mengatakan petani di kawasan Bulak Srikayangan mendapat informasi bahwa harga bawang merah di tingkat petani berkisar Rp7.000 hingga Rp8.000 per kilogram. Harga ini sangat merugikan petani, karena harga titik keseimbangan hasil dari pendapatan dan modal bawang merah Rp12.000 per kilogram.
Saat ini, umur bawang merah di Bulak Srikayangan sekitar 35 hari sampai 40 hari. Bawang merah dipanen pada awal Oktober 2023. Red/ST