Putraindonews.com, Makassar – “Alhamdulillah, sastra telah resmi masuk dalam Kurikulum Merdeka. Besar harapan saya, semoga dapat meningkatkan budaya literasi, meningkatkan minat baca dan menulis karya sastra di sekolah,” kata Dr Sarwinah, S.Pd, M.Pd, Jumat, 24 Mei 2024.
Kepala UPT SPF SD Negeri Sudirman IV itu diminta komentarnya terkait kebijakan Kemendikbudristek yang menempatkan sastra ke dalam Kurikulum Merdeka per tahun ajaran baru ini untuk tingkat SD, SMP, hingga SMA. Kemendikbudristek menyebut ada 177 karya sastra, seperti novel, cerita pendek, puisi, dan karya non-fiksi yang bisa digunakan tenaga pengajar dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah.
Perempuan kelahiran Ujung Pandang, 27 November 1973 itu, belum lama meraih gelar Doktor dari Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Makassar (UNM), tepatnya pada tanggal 26 April 2024. Judul disertasinya “Pengembangan Bahan Ajar Sastra Anak Berbasis Kearifan Lokal Murid Kelas IV Sekolah Dasar di Kota Makassar” memberikan apresiasi atas kebijakan tersebut.
Sarwinah menambahkan, kebijakan sastra masuk dalam Kurikulum Merdeka hampir bertepatan dengan saat dia menyelesaikan penelitian disertasinya. Disertasinya yang mengangkat tentang sastra anak masuk dalam pembelajaran, terkhusus di Sekolah Dasar.
“Kebijakan ini seakan memberi peluang luas dan jadi motivasi besar kepada saya untuk mengembangkan pembelajaran sastra di Sekolah Dasar,” ungkapnya penuh semangat.
Namun, menurutnya, sastra masuk dalam kurikulum ini, masih merambah pada jenjang Sekolah Menengah Pertama dan lanjutan. Dan adanya pernyataan bahwa sastra bukan hanya diajarkan pada Pelajaran Bahasa Indonesia tapi juga pada seluruh mata pelajaran lainnya. Artinya, butuh perhatian khusus dari para praktisi untuk menekankan pentingnya pembelajaran sastra berdiri sendiri sebagai mata pelajaran agar sastra lebih fokus sebagai satu bidang pembelajaran.
Terkait sastra anak, dia mengatakan penting diberikan karena memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dan pembentukan karakter dalam proses menuju kedewasaan. Sastra anak diyakini mampu digunakan sebagai salah satu sarana untuk menanam, memupuk, mengembangkan, bahkan melestarikan nilai-nilai yang baik dan sangat berharga oleh keluarga, masyarakat, dan bangsa terhadap anak.
“Adanya pewarisan nilai-nilai itulah, eksistensi suatu masyarakat dan bangsa dapat dipertahankan,” imbuhnya.
Sarwinah menjelaskan perlu dukungan berbagai pihak agar sastra anak tumbuh dan berkembang. Dukungan itu berupa pemenuhan sarana dan prasarana serta koleksi, seperti pemenuhan buku sastra yang sesuai perkembangan psikologi anak dan buku-buku referensi tentang sastra anak. Dukungan dari pemerintah untuk membantu menyosialisasikan penggunaan buku-buku di SD, khususnya di Kota Makassar, yang selanjutnya berterima di seluruh sekolah di Indonesia.
Para penulis karya sastra juga perlu memberikan dukungan. Hendaknya, kata dia, memberi perhatian khusus untuk mengangkat dan menulis sastra bergenre anak. Dikatakan, dengan aktif menyampaikan sastra anak di berbagai forum, maka akan ikut menumbuhkan apresiasi terhadap sastra anak.
Dalam disertasinya, ada beberapa rekomendasi yang disampaikan. Kepada pemerintah, dia merekomendasikan agar senantiasa mendukung keberadaan pencipta karya sastra yang bisa menghasilkan karya-karya sastra dan mengemasnya dalam pembelajaran. Bentuk dukungan tersebut dengan memberikan apresiasi dan validasi terhadap hasil karya sastra. Terhadap buku pembelajaran karya sastra berbasis kearifan lokal Makassar, hendaknya pemerintah dapat membantu menyosialisasikan agar pembelajaran sastra berterima di seluruh lapisan masyarakat.
Kepada praktisi, penulis, dan peneliti, dia mengajak mereka untuk lebih giat lagi berkarya, terkhusus untuk menciptakan produk-produk karya sastra yang ditujukan untuk anak-anak. Dalam karya yang dibuat itu, sebaiknya diselipkan nilai-nilai kearifan lokal untuk mengangkat budaya daerah masing-masing sehingga dapat menjadi warisan kepada generasi penerus kita pada tahun-tahun mendatang.
Rekomendasi juga diberikan kepada guru-guru. Disampaikan, bahan ajar sastra anak berbasis kearifan lokal Makassar yang dikembangkan dalam penelitiannya, telah melalui beberapa uji coba dan dinyatakan layak, praktis, dan efektif. Peserta didik merespons positif penggunaan bahan ajar dan perangkat yang dikembangkan.
”Guru kelas yang juga sebagai guru umum mengajarkan Bahasa Indonesia di kelas IV SD, disarankan untuk memanfaatkan produk bahan ajar sastra anak berbasis kearifan lokal Makassar ini, baik dalam bentuk buku cetak maupun dalam bentuk flipbook sebagaimana yang ditunjukkan dalam penelitian ini,” katanya.
Sarwinah yang menyelesaikan pendidikan S1 (Sarjana) dan S2 (Magister) pada Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh) juga memberi saran untuk peserta didik. Peserta didik yang menggunakan buku panduan sastra anak berbasis kearifan lokal Makassar disarankan untuk dapat terus mengasah keterampilannya dalam pembelajaran sastra, seperti puisi, prosa, dan drama, secara kreatif.
“Buku panduan sastra anak hasil disertasinya, dibuat sekreatif dan semenarik mungkin agar peserta didik dapat belajar dan mengembangkan kompetensinya dalam pembelajaran sastra,” pungkas Sarwinah. Red/RT