Putraindonews.com, Jakarta – Program Pascasarjana Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) menggandeng Kelurahan Pondok Labu, Jakarta Selatan, dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) bertajuk “Ekonomi Kreatif Berbasis Komunitas dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan.” Kegiatan ini menjadi salah satu manifestasi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mengedepankan kolaborasi antara akademisi dan komunitas lokal untuk mendorong perubahan sosial dan ekonomi secara berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Rektor Universitas Moestopo, Dr. H. Muhamad Saifulloh, M.Si., menegaskan bahwa perguruan tinggi harus hadir sebagai agen perubahan yang konkret di tengah masyarakat. “Melalui kegiatan ini, kami ingin membuka ruang partisipasi aktif bagi perempuan dan komunitas lokal untuk mengembangkan potensi ekonomi berbasis aset yang mereka miliki,” ujarnya, di Jakarta Rabu (6/8/25).
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program serupa yang sebelumnya sukses dijalankan di kawasan Kuningan Barat pasca pandemi COVID-19. Saat itu, Universitas Moestopo mendampingi pelaku UMKM untuk beradaptasi dengan ekosistem digital guna mempermudah transaksi dan memperluas akses pasar mereka di era ekonomi digital.
Optimisme serupa juga ditanamkan di Kelurahan Pondok Labu. Lurah Pondok Labu, Nachnoer Vemier Atom Arss, S.Si., MAP, menyatakan antusiasmenya atas kolaborasi ini. “Kami memiliki lebih dari 26 ribu warga prasejahtera dari total 58 ribu penduduk. Kegiatan seperti ini sangat kami butuhkan, dan saya sebagai alumni Moestopo bangga kampus ini hadir kembali di tengah masyarakat,” ungkapnya.
Nachnoer juga menyebut program Jampreneur dari Pemprov DKI Jakarta sebagai sinergi potensial dengan kegiatan akademik. Ia berharap kegiatan ini tidak hanya menghasilkan pelatihan, tetapi juga menciptakan aplikasi atau platform digital untuk UMKM Pondok Labu.
Salah satu pendekatan utama dalam program ini adalah ABCD (Asset Based Community Driven) yang dipaparkan oleh Dr. T. Herry Rachmatsyah, M.Si. Pendekatan ini tidak dimulai dari identifikasi masalah, tetapi dari kekuatan dan potensi yang sudah ada di masyarakat.
“Pendekatan ABCD mendorong masyarakat, termasuk kelompok perempuan, untuk menjadi aktor pembangunan dengan mengidentifikasi dan mengelola aset mereka sendiri,” jelas Dr. Herry.
Pendekatan ABCD dijalankan melalui lima tahapan: Discovery (menemukan kekuatan), Dream (membangun mimpi), Design (merancang tindakan), Define (menggalang kekuatan), dan Destiny (memastikan pelaksanaan). Aset yang dimanfaatkan mencakup sumber daya manusia, alam, infrastruktur, serta jejaring sosial formal dan informal.
Peran penting perempuan dalam pengembangan ekonomi kreatif juga disoroti oleh Kaprodi Magister Ilmu Administrasi Publik, Dr. Harry Nenobais, M.Si, yang tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi justru sebagai pusat penggerak. “Perempuan memiliki lima peran strategis dalam ekonomi kreatif, yaitu: sebagai penggerak dan pelaku UMKM, pelestari budaya dan kearifan lokal, inovator dan kreator, penggerak permintaan serta pemasaran, serta sebagai agen pemberdayaan ekonomi di tingkat keluarga dan komunitas,” papar Dr. Harry.
Sementara itu, Dr. Yunita Sari, M.Si., Kaprodi Magister Ilmu Komunikasi, memaparkan pentingnya komunikasi strategis dalam mendukung pemberdayaan perempuan.
Menurutnya, tantangan seperti keterbatasan lokasi pelatihan, biaya transportasi, dan minimnya motivasi harus dijawab dengan pendekatan komunikasi yang inklusif dan berbasis relasi personal.
“Pelatihan online, jadwal yang fleksibel, hingga melibatkan tokoh lokal sebagai role model adalah bentuk komunikasi partisipatif yang membumi,” jelasnya. Ia juga mendorong integrasi antara media digital dan tatap muka untuk menjangkau lebih banyak warga perempuan, serta mengedepankan forum-forum informal sebagai ruang diskusi dan kolaborasi.
Menambahkan perspektif manajerial, Dr. H. Jubery Marwan, M.M., Kaprodi Magister Manajemen, menguraikan lima strategi pemberdayaan ekonomi perempuan: pelatihan fleksibel dan digital, akses permodalan mikro tanpa agunan, mentoring oleh pelaku usaha perempuan, kolaborasi komunitas melalui pop-up market dan event kreatif, serta advokasi kebijakan lokal yang pro-gender.
“Pemberdayaan perempuan bukan hanya tentang pendapatan, tetapi tentang partisipasi, kualitas hidup, dan ketahanan sosial,” tegasnya.
Kegiatan ini ditutup dengan sesi diskusi yang dimoderatori oleh Dr. Franky, M.M., dan akan berlanjut ke program pelatihan intensif, pendampingan bisnis, serta potensi pengembangan platform digital untuk UMKM Pondok Labu.
Melalui kegiatan ini, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) sekali lagi menunjukkan peran aktifnya sebagai perguruan tinggi yang tak hanya mencetak lulusan, tetapi juga hadir sebagai penggerak transformasi sosial dan ekonomi berbasis komunitas. Red/GW