Konflik AS-IRAN Memanas, DPP GMNI Minta Pemerintah Antisipasi Naiknya Harga Minyak

PUTRAINDONEWS.COM

JAKARTA | Hubungan antara Amerika Serikat dan Iran kian memanas. Rangkaian peristiwa bersejarah mulai dari kedutaan besar AS yang diserang massa, ancaman Donald Trump terhadap Iran atas kekacauan yang terjadi, tewasnya Jenderal Qasem Soleimani atas ulah AS hingga tekad Iran untuk membalas dendam menjadi rentetan penyebab runcingnya hubungan kedua negara.

Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino berpendapat naiknya tensi politik di Timur Tengah, terutama berkaitan dengan konflik Amerika Serikat dan Iran bisa mempengaruhi naiknya harga minyak karena Timur Tengah menurut Arjuna secara geo-ekonomi merupakan daerah sumber minyak. Memanasnya konflik AS dan Iran juga berpotensi berbahaya terhadap arus pasokan minyak mentah dunia.

“Yang perlu diwaspadai adalah dampak konflik ini terhadap harga minyak dunia. Karena konflik berpusat di negara-negara dekat Selat Hormuz. Di selat ini mengalir seperlima pasokan minyak dunia”, ungkap Arjuna

BACA JUGA :   Satpol PP Babel Lepaskan 2 Alat Berat Eksavator, Gubernur Babel Minta Eksavator Dikembalikan

Maka Arjuna mengusulkan Pemerintah harus melakukan langkah antisipasi apabila konflik AS dan Iran berpengaruh pada naiknya harga minyak dunia. Sehingga ekses negatif dan kerugian-kerugian sebagai dampak dari konflik ini bisa diminimalisir.

“Sebagai anggota tidak tetap dewan keamanan PBB, Indonesia bisa mendesak kedua belah pihak untuk mengurangi tensi ketegangan”, tambah Arjuna

Sebagai solusi jangka panjang, Ketua Umum DPP GMNI juga mendorong Pemerintah untuk mengembangkan energi alternatif, terutama energi non-fosil sehingga mengurangi ketergantungan dari impor minyak.

“Pengembangan energi alternatif sudah sangat mendesak. Terutama energi non-fosil. Selain masalah lingkungan, juga mengurangi ketergantungan kita terhadap impor minyak”, ungkap Arjuna

BACA JUGA :   2 Warga Tiongkok Dan 1 Pegawai PDAM Ternate Postif Narkoba

Apalagi menurut Arjuna, Indonesia merupakan negara anggota International Energy Agency (IEA) yang memiliki kewajiban mengaplikasikan energi terbarukan yang ramah lingkungan, terjangkau dan rendah emisi karbon.

“Indonesia sudah bergabung dalam International Energy Agency (IEA). Indonesia memiliki kewajiban dan harus berkomitmen mengembangkan energi bersih yang ramah lingkungan dan berkelanjutan”

Berdasarkan data, dengan potensi panas bumi sebesar 29.543,5 MW, Indonesia menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat sebagai negara dengan potensi energi terbarukan geothermal terbesar di dunia. Menurut Arjuna, Indonesia memiliki potensi yang harus dimanfaatkan sehingga memberikan nilai pada kedaulatan energi kita.

“Potensi kita sudah ada. Tinggal political will pemerintah mau atau tidak mengembangkan ke arah energi terbarukan. Pemerintah tidak boleh tersandra oleh perburuan rente minyak”, tutup Arjuna

PMT

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!