Putraindonews.com – Jakarta | Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) kini memasuki usia ke-50 tahun. Wakil Ketua Umum DPP HKTI Bidang Agraria, Ketahanan Pangan dan Inovasi Budidaya Doddy Imron Cholid mengakui organisasi petani terbesar belum mampu mewujudkan cita-cita ketahanan pangan.
“Tentu saja HKTI dibawah kepemimpinan Jenderal TNI Purn. Moeldoko juga sudah mulai berkiprah, memberikan kontribusi pemikiran-pemikiran kepada Pemerintah, memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat terkait dengan ketahanan pangan itu sendiri,” ujar Doddy di Jakarta, Selasa (13/6).
Doddy mengulas beberapa problematik yang menyebabkan ketahanan pangan masih sulit dicapai. Yang pertama adalah jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahunnya di Indonesia. Tentu saja pertumbuhan penduduk itu membutuhkan pangan yang juga terus meningkat.
“Di lain pihak, kita melihat luas tanaman pangan ini semakin menyempit, saat ini bisa kita rasakan dan terus berlangsung, banyak persawahan dan pertanian yang beralih fungsi untuk hal-hal di luar kegiatan pertanian, seperti untuk perumahan, untuk mall, untuk kawasan industri dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan luas lahan pertanian menjadi berkurang,” katanya.
Yang kedua, kata dia, adalah masalah kesuburan tanah, pada beberapa daerah kesuburan tanah relatif menurun karena kegiatan pertanian selalu saja diberikan pupuk organik, sehingga mikrobia di dalam tanah banyak yang mati dan pada beerapa daerah pHnya menurun, sehingga tanahnya menjadi masam.
“Yang ketiga, ketersediaan air irigasi pada beberapa daerah semakin kurang baik, hal ini disebabkan karena pembangunan non pertanian memutus jaringan irigasi tersebut, sehingga ketersediaan air untuk kegiatan pertanian menjadi tidak baik,” tuturnya.
Lanjut yang keempat, menurutnya ketersediaan pupuk, khususnya pupuk bersubsidi dan pupuk organik pada beberapa daerah dirasakan sangat sulit didapatkan. Kalaupun pupuk ada, harganya relatif mahal.
Kemudian juga yang kelima, termasuk masalah bibit, hampir sama, bibit yang berkualitas baik sangat sulit didapatkan oleh petani.
Yang keenam, masalah modal. Tentu saja, kalau petani tidak punya modal maka usahanya tidak akan berhasil. Modal itu sesungguhnya telah disediaakan oleh Pemerintah dalam bentuk kredit usaha tani.
“Akan tetapi, untuk mendapatkan kredit tersebut bagi petani pada beberapa daerah agak sulit, selain harus ada agunan dan juga prosedurnya agak susah, sehingga petani susah mendapatkan modal, dan akibatnya ketergantungan petani kepada tengkulak ini sulit dihindari, bahkan pada musim-musim tertentu, tengkulak ini lah yang menjadi penyelamat petani,” ucapnya.
Doddy menegaskan bahwa masalah-masalah di atas yang mengakibatkan ketahanan pangan di Republik ini susah untuk dicapai dengan baik. Namun demikian, sesungguhnya Pemerintah sudah mempunyai kegiatan Reforma Agraria sebagai salah satu jawaban untuk menyelesaikan persoalan ini. Dan ini tentu saja juga sudah dilakukan pada beberapa daerah walaupun belum maksimal. Red/HS