PUTRAINDONEWS.COM
Jakarta | Dalam melakukan pengawasan anak anak yang dititipkan karena orang tua meninggal, Kepala Divisi Pengawasan, Monitoring dan Evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra menemukan anggota TNI Edu Marung dari Batalyon Bekang 5 Perbekud yang mau mengasuh 3 anak yang telah sebulan ditinggal orang tua.
Mendapatkan 3 anak beradik kakak (C 4 tahun, J 11 tahun dan f 13 tahun) asal Flores yang telah sebulan tinggal di bilangan kontrakan Rawa Lumbu Bekasi, tanpa orang tua, Edu merasa terpanggil.
Kami di perantauan saling terkonek, di dalam grup perkumpulan masyarakat Flores. Sejak perkumpulan membeeri tahu ada orang tua yang terkena Covid, kami saling bantu, termasuk keluarga ini. Seperti kami mengatarkan makanan meski hanya menaruhnya didepan pintu.
Selang sebulan ayahnya anak juga meninggal. Perkumpulan mendorong Edu untuk memberanikan diri mengasuh mereka, ia bilang istrinya kita memang akan lapar tapi tidak akan kelaparan, tegasnya menguatkan diri ketika mengambil anak-anak ini.
Kondisi tinggal di kontrakan memang tidak bernasib sama dengan masyarakat yang telah lama di kenal, apalagi hidup anak anak ini telah berpindah pindah 4 kali dalam mengadu nasib di Jakarta, kata Edu yang pernah dimintai tolong keluarga.
Kisah ibunya mencari ambulance dan tidak mendapatkan hingga meninggal di tempat, dilanjutkan berselang seminggu ayahnya juga ikut meninggal di rumah sakit, sangat meninggalkan duka mendalam untuk anak anak.
Namun grup perkumpulan masyarakat Flores tidak meninggalkan Edu sendirian, mereka mencari akses, agar apa yang diperbuat Edu dan didukung istrinya mendapatkan perhatian. Akhirnya perkumpulan bisa mendatangkan Kementerian Sosial, dan berkomunikasi via telepon dengan KPAI dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Dalam komunikasi tersebut Edu meminta tolong agar anak anaknya di perhatikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Kesehatan. Kalau untuk makan kami bisa, tapi untuk jaminan masa depan pendidikan dan kesehatan kami mohon bantuan, katanya.
Sesudah sebulan mengasuh anak anak ini, kami sangat bersyukur, ada bantuan beras 15 liter, minyak goreng, sarden kaleng, beberapa baju buat ketiga anak, sepatu buat anak yang besar, buku, peralatan sekolah dan peralatan mandi dari Kementerian Sosial.
Bersama istrinya Maria Cahaya yang sudah memiliki anak satu, Edu mengasuh ketiga anak tersebut. BIla anak melamun dan ingat orang tuanya, saya selalu bilang jangan melamun, ayok ingat ayah ibu kalian yang konyol konyol, kata Maria.
Ada peristiwa lucu, karena anak kedua ini sangat kritis, sehingga almarhum ayahnya pernah mendoakan kepada Tuhan agar otaknya dicairkan, dan kami tertawa semua.
Hampir di masa masa awal kehilangan orang tua mereka selalu kami ajak mengingat kisah kisah perjuangan dan kisah bahagia bersama orang tua mereka.
Kondisi di awal yang berat, selalu kami alihkan dengan berdoa dan yakin orang tua mereka sudah bahagia di surga, Anak anak jadi kuat dan yakin ini adalah kehendak Tuhan.
Jasra Putra dari KPAI melaporkan, kami sedang giat menyerap informasi untuk menjangkau dan berkomunikasi dengan para orang tua yang mau mengasuh anak, kami mendukung dan mendorong lebih banyak lagi orang tua yang mau mengasuh anak anak.Ujarnya sabtu 14/08 kepada awak media.
Jastra juga menurutkan karena dari 100 ribu kematian karena Covid, tentu akan banyak anak anak yang kehilangan figur atau aktor pengasuh utamanya, tidak hanya orang tua yang meninggal, bisa juga yang mengasuh single parent, paman atau bibi, kakek atau nenek, atau keluarga tidak sedarah, bisa juga kakak dan adik, atau sesama keluarga perantauan seperti ketiga anak ini.
Bisa juga anak anak mengalami kehilangan banyak figur pengasuh dalam satu keluarga besar. Tentu akan sangat berat untuk anak. Ungkapnya.
Negara kita memanggil keluarga keluarga, yang mau jadi relawan pengasuhan, karena Negara ini belum memiliki daftar calon orang tua asuh sebagaimana yang diwajibkan dalam PP 44 tahun 2017.
Kita mulai saja mendata orang orang yang mau menjadi relawan pengasuhan untuk anak anak yatim ini yang sebaran datanya sangat besar.
Kenapa, karena pandemi belum berakhir, situasi anak anak terlantar akan bertambah terus, dengan menurunnya ekonomi, phk, kekerasan, perceraian, masalah mental, kehilangan tempat tinggal, hingga meninggal.
“Kita perlu bergandengan tangan secara cepat menyelamatkan anak-anak ini”.
Kami juga mengundang istri Sertu Edu dalam Rakornas KPAI Pemenuhan dan Perlindungan Anak Korban Kehilangan Orang Tua Pada Pandemi Covid 19.
KPAI berharap setelah mendengar situasi pengasuhan, rapat yang diselenggarakan bersama Kementerian dan Lembaga, Orsos, Ormas, MUI dan para pemuka agama dapat memotret langsung kondisi anak anak yang terlepas dari pengasuhan.
Memang dengan potensi data yang besar ini, semua harus bergandeng tangan, tidak mungkin meninggalkan pemerintah sendirian.
Karena seiring sedang mendata, juga tidak mungkin membiarkan nasib anak anak yang terlepas dari keluarga tersebut terlalu lama.
Sebelumnya kedua orang tua dari ketiga kakak beradik meninggal karena Covid. Ibunya alm Siti Fatima lebih awal meninggalkan mereka (29/6) di kontrakan kemudian ayahnya alm Vinsensius meninggal (4/7) di Rumah Sakit Tebet.
Anak anak sempat khawatir ketika ayahnya akan dimakamkan di rorotan, kata mereka inginnya ayah ibu di makamkan bersama di Pedurenan. Karena masih ingin dekat dengan Ayah dan Ibunya, jangan di pisah makamnya, kata Sertu Edu. Pungkasnya. Red/Ben