PUTRAINDONEWS.COM
KLATEN | Kemenag, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berharap umat Hindu dapat menjadikan Hari Suci Nyepi sebagai wahana reflektif untuk membersihkan diri dari sifat-sifat keraksasaan (asura sampat) serta membuka ruang spiritual bagi jiwa dan pikiran untuk dipusatkan hanya di jalan Tuhan.
Hal ini dikatakan Menag ketika menghadiri Ritual Upacara Tawur Agung Kesanga yang dihelat di Pelataran Candi Prambanan, Jumat (16/03).
“Upacara Tawur Agung Kesanga menjadi sarana bagi umat Hindu untuk mengambil saripati kehidupan, terutama dalam menjalankan Catur Brata Panyepian,” ujar Menag Lukman.
“Dengan cara seperti inilah, Umat Hindu akan dapat menjalankan empat pantangan utama dalam Catur Brata Panyepian dengan penuh ketulusan dan keikhlasan,” imbuhnya.
Menag memaparkan empat pantangan itu adalah Amati Lelungan, yakni tidak menuruti keinginan dan menikmati kepuasan untuk bepergian. Kemudian Amati Lelanguan, yaitu tidak menuruti keinginan dan menikmati kepuasan untuk bersenang-senang. Amati Karya, tidak menuruti keinginan dan menikmati kepuasan bekerja. Serta Amati Geni, yaitu tidak menuruti keinginan untuk menyalakan api dan hawa nafsu.
“Umat Hindu yang menjalankan secara tulus Catur Brata Panyepian akan sanggup menjadikan Hari Suci Nyepi bukan sekedar menyepikan diri dengan menghentikan seluruh aktivitas rutin, tetapi memberikan kesempatan bagi Sang Diri untuk berkontemplasi secara mendalam, sebagai wahana reflektif untuk membersihkan diri dari asura sampat.
Menag menambahkan, dengan menjalankan secara tulus Catur Brata Panyepian, umat hindu diharapkan sanggup menjadikan Hari Suci Nyepi bukan sekedar menyepikan diri dengan menghentikan seluruh aktivitasnya rutin, tetapi juga memberikan kesempatan diri untuk berkontemplasi secara mendalam, sebagai wahana reflektif untuk membersihkan diri dari Asura Sampat atau sifat-sifat keraksasaan serta membuka ruang spiritual bagi jiwa dan pikiran untuk dipusatkan hanya di jalan Tuhan.
“Mulat Sarira untuk Manunggaling Kawula Kelawan Gusti adalah tujuan utama Hari Suci Nyepi,” ujar Menag di hadapan ribuan umat Hindu yang memadati pelataran Candi Prambanan siang itu.
Dalam kesempatan tersebut, Menag mengatakan bahwa hari raya identik dengan perayaan dan hingar bingar. Sedangkan Nyepi, pada dasarnya adalah pensucian diri. Oleh karenanya, Menag lebih memilih istilah Hari Suci Nyepi dibanding Hari Raya Nyepi.
Tampak hadir dalam Upacara Tawur Kesanga yang digelar sehari sebelum Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1940 ini, Dirjen Bimas HIndu I Ketut Widnya, Ketua UKP-PIP Yudi Latif, Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana, Ketua Panitia Tawur Agung Kesanga Nasional Laksda TNI I Nyoman Gede Ariawan, Ketua PHDI Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, Kakanwil Kemenag Provinsi DI Yogyakarta M. Lutfi Hamid, Plt Gubernur Jawa Tengah yang diwakili oleh Plt Sekda, Bupati Klaten Sri Mulyani, para sulinggih, para pinandita, pimpinan majelis-majelis agama serta Forkompinda Jateng. (**)