Putraindonews.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Mako Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menekankan pentingnya pendekatan ekonomi biru dalam eksplorasi sumber daya kelautan, guna memastikan keberlanjutannya.
“Lautan bukan sekadar hamparan air yang luas, tapi juga sumber kehidupan. Lautan mengatur iklim, menyediakan makanan, dan memiliki potensi ekonomi yang besar,” kata Luhut saat peluncuran neraca sumber daya kelautan (ocean accounting) di Sanur, Denpasar, Bali, Jumat (5/7/2024).
Menko Luhut menjelaskan bahwa ekonomi biru berfokus pada pemanfaatan sumber daya maritim yang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan kesehatan ekosistem kelautan. Sektor energi terbarukan dan pariwisata, menurut dia, turut berkontribusi dalam ekonomi biru, menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.
“Selain itu, sektor perikanan yang berkontribusi lebih dari 270 miliar dolar AS per tahun terhadap produk domestik bruto (PDB) juga menjadi bagian penting dari pendekatan ini,” sebut dia lagi.
Ditambahkannya bahwa pengelolaan sampah juga merupakan bagian dari ekonomi biru yang dapat meningkatkan kesehatan kelautan. Ia menggarisbawahi pentingnya disiplin dalam mengolah sampah, dengan pemerintah mendorong pengolahan sampah menjadi energi atau bentuk pengelolaan lainnya untuk mengurangi sampah yang masuk ke laut.
“Lebih dari 70 persen wilayah Indonesia adalah laut, mencakup 6,4 juta kilometer persegi, dengan 17.500 pulau dan estimasi jumlah penduduk mencapai 281,6 juta jiwa.” papar Menko Luhut.
Sumber daya kelautan Indonesia diperkirakan mengandung 8.500 keanekaragaman hayati dan memiliki potensi produksi perikanan berkelanjutan hingga 12 juta ton per tahun, serta potensi produksi perikanan mencapai lebih dari 50 juta ton per tahun.
Selain potensi perikanan, Indonesia juga memiliki potensi energi terbarukan, karbon biru, dan pentingnya perairan Indonesia untuk perdagangan global, di mana sekitar 45 persen perdagangan dunia melalui perairan Indonesia.
Sebanyak 115 ribu kilometer kabel laut yang mendukung digitalisasi nasional dan global juga melintasi perairan Indonesia. Namun, potensi tersebut belum dikelola secara optimal. Kontribusi industri pengolahan perikanan masih rendah pada 2022, hanya mencapai 3,68 persen terhadap PDB.
Pertumbuhan sektor kelautan terhadap PDB pada 2022 mencapai 4,06 persen, lebih rendah dari pertumbuhan PDB nasional yang mencapai 5,31 persen. Nilai PDB sektor perikanan pada 2022 mencapai Rp1.551,2 Triliun, naik dibandingkan 2021 yang mencapai Rp1.348,4 Triliun. Red/Nov