PUTRAINDONEWS.COM
Jakarta |Â 10 September 2019. Revolusi teknologi digital membawa pengaruh besar dalam kehidupan manusia saat ini, termasuk di bidang pariwisata. Sehingga digital tourism dinilai sebagai salah satu strategi efektif dalam mempromosikan potensi unggulan suatu daerah.
“Revolusi teknologi digital ini tidak bisa dihindari, pasti terjadi. Secara alamiah akan mengubah dunia, menciptakan model bisnis baru, jadi pelaku industri yang tidak mau berubah dengan platform digital, pasti akan ditinggalkan customer,†ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya saat mengisi Seminar Nasional Pariwisata 2019 dengan tema “Wonderful Indonesia Digital Tourism 4.0” yang berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Kementerian Pariwisata, Jakarta, Senin (9/9/2019).
Dalam acara yang digelar IKA DIM FEB Universitas Padjajaran (Unpad) itu Menpar menjelaskan, disrupsi digital terjadi dalam industri yang ia sebut 3T, yakni telecommunication, transportation, dan tourism.
Menpar mencontohkan di dunia transportasi. Disrupsi digital menghadirkan layanan transportasi online seperti Grab, Gojek dan Uber. Dengan munculnya digital transportation, harga pasar langsung berubah, harga drop drastis. Begitupun di telekomunikasi, semakin murah, semakin gratis, akan semakin untung. Karena itu WhatsApp (WA), Google, Baidu, Line mengirimkan pesan gratis, tidak berbayar.
Sementara, revolusi ketiga adalah tourism. Ini yang paling diwanti-wanti Arief Yahya agar industri pariwisata Indonesia waspada. Menurutnya, bila travel agent tidak bisa mengikuti perubahan zaman, dikhawatirkan akan bernasib sama seperti warung telekomunikasi (wartel), terbunuh dengan sendirinya.
“Travel agent konvensional akan sulit bersaing dengan online travel Agent, seperti Traveloka, Booking.com, TripAdvisor, Ctrip, dan lainnya,” sebutnya.
Dalam presentasinya Menpar menjelaskan, salah satu rahasia mengapa pertumbuhan wisman Indonesia termasuk 20 besar dunia, atau naik hingga 25 persen di saat regional ASEAN dan dunia hanya naik rata-rata 6 persen, disebabkan digital tourism yang diterapkannya.
Menurutnya, 50 persen inbound pariwisata Indonesia merupakan generasi milenial dimana mereka look, book and pay sudah dilakukan secara digital.
“Oleh sebab itu generasi milenial merupakan target utama pariwisata Indonesia. Generasi milenial wajib menguasai pasar, baik pasar saat ini atau pasar masa depan. Selain itu generasi milenial juga harus open minded dengan digital karena kuncinya the more digital, the more global, sehingga dituntut lebih interaktif, mobile, dan personal,†tutur Menpar Arief Yahya.
Meski demikian, lanjut Menpar, setiap perubahan selalu menyisakan pro dan kontra. Tapi ia berprinsip jangan ragu dengan perubahan.
“Kita mungkin kehilangan sesuatu yang baik, namun akan peroleh sesuatu yang lebih baik lagi. Oleh karena itu, selama hampir 5 tahun ini, Saya memilih evolusi dipercepat, dalam bertransformasi menuju Digital Tourism 4.0,” kata Menpar Arief Yahya.
Sementara, Pelaksana Tugas (Plt) Rektor Unpad, Rina Indiastuti mengatakan, kampusnya sangat mendukung pengembangan pariwisata berbasis digital. Berikut juga menghadirkan SDM berkualitas.
“Kita sangat mendukung digital tourism. Unpad memiliki Program S2 Sustainable Tourism. Ada juga program studi D4 Bisnis Perjalanan Wisata. Dan kita akan menggulirkan prodi Pariwisata Bahari. Ini bukti keseriusan Unpad, kita tidak main-main. Kita mendukung SDM pariwisata dikembangkan secara serius dan pariwisata bisa menjadi tulang punggung perekonomian kita,†kata Rina.
Dalam seminar ini, juga diisi Menteri Komunikasi dan Indormasi Rudiantara. Selain itu, juga menghadirkan narasumber lainnya yang kompeten. Seperti Sarita Aoetedja (Deputy Director Up Normal), Hendry Rusli (CEO Travelio), Gaery Undarsa (Co Founder & CMO Tiket.com), dan Gabriella P Mandolang (Ketua Tim Percepatan Millennial Tourism).(**)