***
Putraindonews.com – Jakarta | Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo berharap banyak pada Bakohumas untuk menjalankan koordinasi peran dan fungsi sebagai humas kementerian dan lembaga yang jumlahnya cukup banyak. Tugas dan fungsi humas kementerian dan lembaga adalah menyampaikan fakta kepada publik atas keberhasilan-keberhasilan pembangunan, di kementerian dan lembaga masing-masing.
“Yang kita sama-sama rasakan dan saksikan, peran dan fungsi humas kementerian dan lembaga kadang kalah dengan para buzzer. Faktanya humas kementerian dan lembaga selalu kalah dengan serangan udara dan serangan darat yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak ingin melihat pemerintahan ini sukses,” kata Bambang Soesatyo ketika menyampaikan keynote speech dalam Forum Tematik Bakohumas MPR RI dengan tema “Sidang Tahunan MPR Sebagai Konvensi Ketatanegaraan” di Ruang Delegasi Lantai II, Gedung Nusantara V, Komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (4/8/2022).
Forum Tematik Bakohumas MPR RI ini dihadiri Wakil Ketua MPR Prof Dr Sjarifuddin Hasan dan Yandri Soesanto, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Usman Kansong, S.Sos, M.Si, Sekretaris Jenderal MPR, Dr. Ma’ruf Cahyono, Plt Deputi Administrasi Setjen MPR Siti Fauziah, dan Putri Viola, moderator diskusi.
Bamsoet, sapaan Bambang Soesatyo, mengungkapkan pihak-pihak yang tidak ingin melihat pemerintahan ini sukses hanya menyampaikan atau menyajikan berita-berita bahwa rakyat sampai hari ini terus mengalami pemiskinan, pembodohan, dan ketidakadilan. “Itu yang selalu digaungkan mereka. Sementara para menteri dan pimpinan lembaga telah bekerja mati-matian untuk mewujudkan harapan Indonesia sejahtera,” ujarnya.
Menurut Bamsoet, humas kementerian dan lembaga selalu kalah dengan para buzzer antara lain karena humas kementerian dan lembaga terbiasa dalam birokrasi. “Humas kementerian dan lembaga kadang kurang adaptif, kurang responsive, terhadap perkembangan jaman dan teknologi. Mereka (buzzer) sudah memakai berbagai platform, media sosial, sementara humas kementerian dan lembaga masih terjebak pada rilis-rilis dan berita-berita yang konvensional,” tambahnya.
Untuk menghadapi buzzer, lanjut Bamsoet, humas kementerian dan lembaga harus bisa membangun narasi yang baik, bukan hanya menyampaikan berita atau hanya sekadar menyampaikan peristiwa. “Tapi menyampaikan narasi-narasi yang bisa mempengaruhi bawah sadar orang-orang yang membacanya. Itulah fungsi dari para humas lembaga dan kementerian dalam bidang kehumasan,” ujarnya.
“Karena itu, narasi yang baik tidak memerlukan kata-kata dan kalimat yang panjang hingga satu halaman, tetapi cukup beberapa baris. Yang penting narasi itu mampu menggugah, mengubah konotasi, buah pikiran, persepsi, pada publik terhadap suatu peristiwa,” sambungnya.
Peran Bakohumas adalah menjalin koordinasi dengan humas kementerian dan lembaga agar bisa bersatu dan berjuang membangun narasi yang baik. “Bakohumas bekerja bukan untuk kepentingan sendiri tetapi kepentingan bersama. Itulah gunanya koordinasi, kolaborasi. Platform sudah banyak, mulai dari facebook, Instagram, tiktok, yuotube, twitter, tetapi perlu juga dibentuk antar individual sehingga terbentuk komunitas-komunitas yang tugasnya membangun informasi untuk melawan informasi yang menyesatkan,” imbuhnya.
Bamsoet menambahkan dengan anggaran yang cukup besar, humas kementerian dan lembaga seharusnya tidak boleh kalah dengan para buzzer yang kadang-kadang bekerja secara serabutan. “Masak kalah sama buzzer. Humas kementerian dan lembaga punya anggaran besar. Buzzer kadang-kadang kerja serabut, meski ada beberapa yang ‘dibayar’. Humas bisa memakai jasa-jasa mereka (buzzer) untuk meluruskan atau membenarkan satu informasi yang menyesatkan,” katanya.
“Yang penting humas kementerian dan lembaga tidak boleh kalah dengan buzzer-buzzer yang merugikan negara Indonesia, yang mengancam dan memiliki potensi pemecah belah bangsa, dan mengancam nilai-nilai Pancasia,” pungkasnya. Red/Ben
***