Putraindonews.com, Sulsel – “Saya menulis cerpen semula sebagai pendekatan dalam mengajar. Dengan gaya sastra itu, saya berharap anak-anak lebih tertarik mempelajari sejarah,” tutur Ilyas Ibrahim.
Demikian disampaikan penulis yang berprofesi sebagai guru ini, dalam kegiatan Bedah Buku “Seorang Lelaki yang Berkisah” di Gedung Layanan Perpustakaan Umum Kabupaten Gowa, Rabu, 28 Mei 2025.
Ilyas Ibrahim merupakan nama pena dari Adil Akbar, lelaki kelahiran Sungguminasa, Gowa, tahun 1993. Cerpen-cerpen dalam buku terbitan Jariyah Publishing Intermedia ini, dia tulis antara 2016-2020.
Cerpen pertamanya, “Mengaku Raja” dimuat di harian Fajar, September 2016. Dari situ dia terus menulis, baik untuk dimuat di koran maupun di media daring.
“Tidak semua cerpen dalam buku ini berlatar belakang sejarah, khususnya sejarah Sulawesi Selatan. Ada pula yang memotret kehidupan masyarakat perkotaan yang suka nongkrong dan bersosialisasi di warkop atau kafe,” ungkapnya di hadapan peserta.
Dia mengaku sejumlah cerpen dalam buku “Seorang Lelaki yang Berkisah” ditulis ketika sedang berada di kedai kopi. Proses kreatifnya, lanjut Adil Akbar, terpantik bila berada di kedai kopi.
Kegiatan bedah buku yang dipandu Muhammad Galang Pratama, Ketua Forum Taman Baca Masyarakat (TBM) ini diadakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Gowa. Bedah buku ini merupakan rangkaian Festival Literasi 2025.
Peserta diskusi berasal dari latar belakang beragam. Ada penggiat literasi, penulis, aktivis sosial, trainer, pendidik dan akademisi, serta mahasiswa. Mustamin Raga, Sekretaris DPK Kabupaten Gowa, dan Irfan Latief, pustakawan DPK Kabupaten Gowa selalu membersamai peserta.
Rusdin Tompo yang hadir sebagai pembicara, menilai penulis buku kumpulan cerpen ini punya visi, idealisme, dan tanggung jawab pada profesinya sebagai pendidik. Dia secara kreatif menggunakan pendekatan sastra saat mengajar.
“Menulis cerpen berlatar sejarah ini butuh referensi, riset, dan data-data. Itu yang saya apresiasi pada diri penulis buku Seorang Lelaki yang Berkisah,” kata Rusdin Tompo, yang juga merupakan penulis dan pegiat literasi.
Menurut Koordinator SATUPENA Sulawesi Selatan itu, ada nilai-nilai yang diusung dalam cerpen-cerpen yang ditulis Adil Akbar, seperti humanisme, toleransi, etos sebagai pembelajar.
“Baik dalam cerpen yang berlatar sejarah maupun yang menggambarkan gaya hidup urban, penulis menghadirkan potret masyarakat yang multikultur,” pungkas Rusdin Tompo. Red/Umar