Putraindonews.com, Makassar – Direktur Makassar International Writers Festival (MIWF) 2024 Aan Mansyur mengharapkan agar festival tersebut mampu memberikan ruang kepada kelompok-kelompok minoritas yang selama ini terpinggirkan agar menjadi setara.
“Fokus yang kita bicarakan di MIWF 2024 adalah kerja-kerja, praktik-praktik perawatan, pengasuhan terutama yang dikerjakan oleh kelompok-kelompok yang selama ini tersisihkan, seperti orang disabilitas, LGBTQ, masyarakat adat terutama perempuan adat, dan orang Papua,” kata Aan Mansyur.
Hal ini dikatakannya dalam pembukaan MIWF 2024 di Benteng Fort Rotterdam, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (23/4) malam.
Pasalnya kelompok-kelompok ini kerap mengalami beragam kekerasan dan stigma yang berlapis.
Ruang bagi kelompok minoritas ini tercermin dalam tema yang diambil MIWF pada tahun ini, yakni “Mothering”, yang menyoroti pentingnya peran perawatan dan pengasuhan yang terutama dilakukan oleh kelompok-kelompok minoritas.
MIWF dikerjakan secara independen, menjunjung HAM, bersifat antikorupsi, inklusif, dijalankan sebagai kegiatan nir-sampah dan rendah karbon, dan mendeklarasikan diri sebagai festival yang menentang all male panel.
MIWF menjadi festival literasi pertama di kawasan timur Indonesia yang konsisten menjalankan festival literasi sejak 2011 hingga kini.
“MIWF membuktikan diri sebagai festival literasi yang berkelanjutan dan berhasil mendorong gairah kegiatan literasi dan sastra di kawasan Indonesia timur,” katanya.
Makassar International Writers Festival (MIWF) 2024 digelar di Benteng Rotterdam mulai 23 – 26 Mei 2024.
Festival literasi ini dapat diakses secara gratis dan terbuka untuk umum.
Sejumlah kegiatan di MIWF di antaranya panel diskusi dan workshop, pertunjukan teater, pemutaran film, peluncuran buku dan pembacaan, panggung utama festival, dan pameran.
“Ada lebih dari 100 acara di MIWF. Ini festival gagasan sehingga sifatnya multi-disiplin. Ada lebih dari 150 pembicara yang hadir, bukan penulis saja, tapi aktivis, penggiat komunitas literasi, jurnalis, akademisi, seniman,” kata Aan Mansyur.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan turut memfasilitasi penyelenggaraan MIWF 2024 dan berharap ajang ini dapat menginventarisir para seniman di Indonesia.
“Lewat MIWF, kita berharap bisa mapping talenta. Karena kami di pemerintahan ingin tahu berapa jumlah seniman di luar sana, yang datanya belum ada. Data itu penting untuk kebijakan kita nanti. Kebijakan itu based on data,” kata Ketua Tim Manajemen Talenta Nasional (MTN) Bidang Seni Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek Bobby Fernandes. Red/RT