Putraindonews.com – Hari Puisi Nasional, 28 April 2024, mengingatkan Musakkir Basri pada buku kumpulan puisinya, berjudul “Karena W(isu)da”, yang diterbitkan November 2023. Buku setebal 82 halaman, yang menghimpun 21 puisinya itu, meski berjudul “Karena W(isu)da” tapi tidak seluruhnya tentang wisuda. Bahkan jika menggunakan kata kunci “kampus”, “mahasiswa”, “fakultas”, dan “sarjana”, puisi yang punya benang merah dengan wisuda hanya sebanyak 4 karya.
“Semoga buku ini jadi semacam perayaan Hari Puisi Nasional, pada 28 April, dan belasungkawa atas meninggalnya Jokpin,” tulis Musakkir Basri melalui jaringan pribadi WhatsApp ke saya, dini hari Minggu, 28 April 2024.
Hari Puisi Nasional yang ia maksud, merujuk pada tanggal wafatnya penyair terkemuka Indonesia, Chairil Anwar, pada 28 April 1949. Sementara penyair Joko Pinurbo yang akrab disapa Jokpin, meninggal dunia pada Sabtu, 27 April 2024.
Dalam kata pengantar buku terbitan Kali Pustaka, Tulangan, Sidoarjo ini, Musakkir Basri menulis bahwa setelah melewati banyak fase, wisuda jadi kerinduan tak tertanggalkan. Membentuk cerita di antara langkah. Hampir semua orang merindukan wisuda, tapi ada pula gerakan menolak wisuda seperti mahasiswa abadi.
Cemas Menyambut W(isu)da
Sebulan lalu
Ibu memberi kabar tentang kampung
Menyanyi tentang kampus
Bersiul tentang w(isu)da
Sedang aku tertawan oleh keranda
Kampus tak kunjung selesai
Wisuda tertangkap kejauhan
Mahasiswa menyambut cemas
Kapan saya wisuda.
Makassar, 18 Juli 2023
Pada bagian lain buku yang memotret tema kehidupan, alam, sejarah, dan budaya Bugis-Makassar itu, ia menulis bahwa wisuda tak lebih dari sekadar perjalanan. Pada akhirnya, wisuda adalah ruang tunggu yang menyisakan nomor antrian. Mengalahkan yang bukan aku dan menghadapi yang bukan aku sebagai lawan.
Selain buku “Karena W(isu)da”, penulis yang pernah mengikuti program bahasa di Kampung Inggris Pare, Kediri, Jawa Timur ini, sudah menerbitkan sejumlah buku. Tercatat, buku-bukunya sudah dipublikasi dan dibaca khalayak, yakni “Sabda Teknologi” (2022), “Sang Waktu” (2023), “Sepotong Tangan untuk Indonesia” (2023), dan “Suara Ekonomi” (2023).
Penulis pernah belajar filsafat di Rausyanfikr Institute, Yogyakarta, dan belajar tentang toleransi beragama pada organisasi lintas iman Mahabbah Institute for Peace and Goodness (MIPG) yang berpusat di Makassar. Ia mengaku memulai tulis-menulis di Bilik Literasi Solo, Jawa Tengah, dan menelisik budaya di Mitologi Bumi Sulawesi (MBS).;
Musakkir Basir kerap membagikan tulisannya di kelas Bahasa Indonesia, SMART (International Language College), dan di Ruang Anak Bangsa (RAB), Kabupaten Gowa. Baginya, setiap perjalanan merupakan ruang untuk mendapatkan intisari dari berbagai sumber yang dapat digunakan untuk melakoni kehidupan selanjutnya.
“Semoga buku ini dapat membantu orang-orang untuk merayakan wisuda dengan kata-kata,” harap anggota Satupena Sulawesi Selatan itu. Red/RT