***
Putraindonews.com – Sumba Barat | Paskah merupakan perayaan penting dan dinantikan umat Kristiani di seluruh dunia. Beragam rangkaian perayaan Paskah dilaksanakan umat Kristiani di seluruh dunia, mulai Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, hingga perayaan Paskah di hari Minggu.
Sama halnya Natal, perayaan Paskah juga dirayakan satu tahun sekali. Kendati rutin dilaksanakan, Peristiwa paskah kali ini dirayakan sedikit berbeda oleh Gereja Pusat Tanah Kombuka di Desa Tema Tana.
Ditemui Putraindonews di Gereja Kristen Sumba (GKS), Minggu (9/4), Pendeta Jonathan R Awang bercerita bahwa paskah kali ini memilki keistimewaan tersendiri, karean ada penampilan drama kolosal yang menggambarkan perjalanan Tuhan yang rela mati demi menebus dosa-dosa manusia.
“Drama kolosal ini dimulai dari cabang likku menuju cabang Gollu Kadamu dan berakhir penyaliban di Gereja Pusat Tanah Kombuka. Antosias dari jemaat juga dsangat tinggi tidak dibayangkan karena tahun sebelumnya tidak seperti tahun ini,” tutur Jonathan, Minggu.
Menurutnya, peristiwa ini menggambarkan bagaimana penderitaan Tuhan Yesus di Kayu Salib yang disaksikan semua warga dengan begitu teduh, berderai air mata.
“Kita bisa merenungkan kebaikan Tuhan, yang semestinya manusia yang menanggung segala dosa, tapi karena kasih-Nya Tuhan Yesus seperti dalam firmannya Yohanes 3:16; Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan anaknya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal,” ucapnya.
“Jadi semua itu demi kasih, demi cinta Yesus Kristus yang rela mengorbankan dirinya, Tuhan mengambil alih semua hukuman yang ditanggungkan manusia, sehingga manusia dipulihkan,” katanya lagi.
Hal yang tak kala spesial menurutnya adalah kreasi salib, di mana masing-masing pusat kebaktian merancang salib dengan kreativitasnya, dan kemudian penilaian kepanitiaan dalam hal ini juri, tidak ada yang juara 1 melainkan dari semua kreasi salib itu ada yang terindah, terkeren dan terkreatif, yang masing-masing hadiahnya berupa jam dinding.
Ia menjelaskan bahwa jam dinding ini sebagai penanda bahwa waktu dan kesempatan itu anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Kita ada saat ini dan memiliki kesempatan dalam berkarya tentu karena kemurahan Tuhan, sehingga waktu yang masih ada kita gunakan yang berdampak dan bermakna,” terangnya.
Selain dari keistimewaan Paskah kali ini, ia juga menyampaikan pesan moral bagi keharmonisan umat beragama.
“Bahwa prinsip dari kekristenan itu adalah berdamai, jadi betapa indahnya jika kita hidup dalam peramaian tanpa saling menyudutkan satu sama lainnya, perlu menghindari konflik, selaku pendeta kami terus menyuarakan untuk terus hidup dalam kerukunan,” ucap Yonathan dengan nada tegas. Red/Nov
***