Putraindonews.com, Jakarta – Peneliti Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor menyarankan kepada partai politik di Indonesia untuk secara intens berkomunikasi dengan grassroots atau konstituen sehingga momentum seperti pilkada dianggap penting oleh publik.
Selain menguntungkan untuk parpol, komunikasi yang intens khususnya dari para kader yang dipersiapkan menjadi calon pemimpin di daerah masing-masing, akan berdampak positif pada tingkat partisipasi pemilih dalam momentum pemilu atau pilkada.
“Iya saya pikir begitu. Misalnya, kalau di Jakarta ada Anies yang melawan sosok kader parpol yang juga dekat dengan masyarakat, saya kira itu akan ramai pemilihnya, tentu akan lebih seru,” kata Firman dilansir dari Antara, Selasa (3/12).
Menurutnya, sudah saatnya parpol bergerak untuk memperkuat kembali proses kaderisasi sehingga tidak terjebak untuk memilih calon-calon karbitan guna dipilih konstituen atau masyarakat yang memiliki hak pilih.
“Intinya adalah memang parpol itu harus lebih banyak berkomunikasi dengan grassroots dan lebih luas melakukan sosialisasi agar memang ada rasa memiliki dengan kandidat, serta ada rasa memiliki oleh masyarakat terkait pelaksanaan pilkada karena mereka merasa penting dengan momen itu,” ujar peneliti senior tersebut.
Jika hal itu dirawat dan dijaga oleh parpol, lanjut dia, masyarakat tidak lagi merasa bahwa pilkada bukanlah hal yang penting.
Firman menambahkan masyarakat tidak boleh lagi berpikir bahwa momentum “pesta” demokrasi hanya untuk kepentingan segelintir orang atau elite parpol, sehingga setelah selesai akan kembali berjarak dan publik tidak dipedulikan lagi.
“Bukan sekadarnya, bukan semacam business as usual (atau aktivitas biasa), yang mereka hanya masuk ke bilik suara, kemudian mencoblos, kemudian selesai, dan selesai menghilang begitu saja,” ujarnya.
Oleh sebab itu, kaderisasi dan penguatan sosialisasi atau komunikasi antara partai politik dengan konstituen penting dilakukan ke depan, sebagai salah satu cara untuk meningkatkan partisipasi pemilih. Red/HS