PUTRAINDONEWS.COM
JAKARTA | Di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, pemerintah telah menetapkan pengembangan kawasan industri terintegrasi sebagai salah satu langkah strategis untuk mendukung implementasi revolusi industri generasi keempat di Tanah Air. Pasalnya, kawasan industri berperan penting dalam memacupertumbuhan ekonomi daerah dan nasional melalui industrialisasi.
“Kawasan industri terpadu dengan penyediaan berbagai infrastruktur penunjang, dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan-perusahaan di lokasi tersebut. Hal ini mampu menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi di dalam negeri,†kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Halal Bihalal dan Peringatan HUT Ke-30 Himpunan Kawasan Industri (HKI) di Jakarta, Kamis (28/6).
Menperin menyampaikan, guna menopang akselerasi pelaksanaan Making Indonesia 4.0, kawasan industri perlu melengkapi sarana dan prasarana sesuai era digital saat ini sehingga meningkatkan efektivitas rantai pasok manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global. “Fasilitas tersebut, antara lain Smart Logistic System, Smart Permit System, dan Smart Environmental Control,†tuturnya.
Di samping itu, menurut Airlangga, pembangunan kawasan industri turut berkontribusi cukup signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara, di antaranya melalui investasi yang masuk dan penyediaan lapangan kerja. “Efek berantai positif ini tentu akan menguatkan ekonomi kita karena bisa mendongkrak pertumbuhan sektor industri sebagai upaya pembangunan ekonomi nasional,†ujarnya.
Lebih lanjut, dalam inisiatif Making Indonesia 4.0, pemerintah telah memilih lima sektor manufaktur yang akan diutamakan pengembangannya pada tahap awal dalam memasuki revolusi industri keempat. Kelima sektor itu, yakni industri otomotif, elektronika, kimia, tekstil serta makanan dan minuman.
“Implementasi industri 4.0 memberikan dampak perubahan baru terhadap pendekatan dan kemampuan yang diperlukan oleh sektor industri untuk membangun sistem produksi yang lebih inovatif dan berkelanjutan,†papar Menperin.
Oleh karena itu, pemerintah telah menyiapkan 10 agenda prioritas berdasarkan Making Indonesia 4.0. Dalam jangka pendek, akan dielakukan tiga langkah strategis. Pertama, menyediakan insentif fiskal yang lebih menarik dan memiliki kepastian.
“Misalnya, pemberian insentif fiskal seperti tax holiday kepada industri pionir yang memiliki eksternalitas positif yang besar, baik yang melakukan investasi baru maupun investasi dalam rangka perluasan,†jelas Airlangga.
Langkah kedua, memperbaiki tata cara perizinan baik yang dilakukan di tingkat pusat maupun di daerah. Saat ini sudah disiapkan tata cara perizinan dengan menggunakan mekanisme Online Single Submission (OSS). Dan, langkah ketiga yang diperlukan adalah akselerasi pendidikan dan pelatihan dasar berbasis kompetensi termasuk pengembangan pendidikan vokasi.
“Konsep Making Indonesia 4.0 juga meliputi pengembangan perwilayahanindustri untuk mendorong kemajuan ekonomi kita,†tegas Menperin. Untuk itu, kawasan industri baikyang ada di Jawa maupun luar Jawa harus terkoneksi dengan baik. Hal ini mendorong pemerataan pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia sentris.
Saat ini, sudah terdapat beberapa koridor ekonomi di Pulau Jawa. Misalnya di Utara Jawa, ada kawasan industri di Bekasi,Karawang sampai Purwakarta. Selanjutnya, koridor Jawa Tengah, terdapat kawasan industri di Semarangdan Kendal. “Sedangkan, Jawa Timur, antara lain kawasan industri di Gresik, Lamongan dan Tuban. Diluar Jawa, kita dorong juga kawasan industri di Aceh, Morowali, Bontang, hingga Bintuni,†sebutnya.
Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar menyampaikan, pihaknya mendukung program pemerintah dalam pengembangan kawasan industri yang akan didukung dengan infrastruktur teknologi tinggi sesuai visi revolusi industri 4.0. “Tentunya hal ini untuk mendorong peningkatan pada produktivitas perusahaan-perusahaan di kawasan indutsri tersebut,†jelasnya.
Selain itu, dia juga mendukung pengembangan kawasan industri sesuai klaster sektor manufakturnya. “Misalnya, kawasan industri di Jawa Tengah, spesialisasinya itu sektor industri padat karya. Sedangkan, di Jawa Barat seperti Bekasi, Karawang, dan Purwakarta itu berbasis industri padat modal. Kami juga ikut mempercepat pembangunan kawasan industri di luar Jawa,†imbuhnya. (**)