Putraindonews.com, Jakarta – Sebanyak 14 organisasi di Yogyakarta menggelar acara Festival Lingkungan Green With/in You 2025 di bantaran Sungai Boyong, Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, sebagai upaya untuk menumbuhkan rasa cinta lingkungan di kalangan masyarakat. Acara ini sekaligus untuk memperingati Hari Internasional Perdamaian yang jatuh pada 21 September.
Ketua Panitia, Maria Ignatia Juvita (Jojo) mengatakan perdamaian tidak hanya bicara soal hubungan antar sesama manusia tetapi juga hubungan manusia dengan alam. Dengan menjaga bumi, maka masyarakat juga menjaga harmoni, dasar bagi perdamaian yang berkelanjutan.
“Lingkungan yang sehat adalah pondasi bagi masyarakat yang damai sedangkan krisis ekologis kerap menjadi penyebab konflik sosial dan ketidakadilan,” ujar Jojo.
Jojo yang juga aktivis Gusdurian Yogyakarta ini mengatakan tema Green With/in You bertujuan untuk mengajak masyarakat melakukan ecological conversion dari egosentrisme ke ekosentrisme. Ini adalah pertobatan ekologis, menggeser perhatian yang berpusat kepada dirinya ke alam.
“Masyarakat perlu melihat kondisi alam dan lingkungan yang sudah memberikan ruang hidup bagi kita. Jadi kita tidak hanya menikmati dan mengambilnya (alam) secara cuma-cuma saja,” tambah Jojo.
Ia mengingatkan, selama ini ulah manusia sudah membuat lingkungan rusak dan menyebabkan terjadinya krisis lingkungan yang ditandai dengan kenaikan suhu bumi, terjadinya berbagai bencana alam, dan musim yang tidak jelas. Masyarakat perlu membuka hati, mengubah perilaku yang merusak alam dan saling bergandengan tangan untuk menyelamatkan bumi.
Dalam festival ini, para pemimpin lintas agama serta pengunjung menanam pohon di bantaran Sungai Boyong sebagai simbol peduli kepada lingkungan dan kampanye pembagian bibit pohon sebanyak 200 batang, dan mereka menanam 105 bibit pohon, antara lain pohon nangka, kepuh, gayam, pinang, dan kemuning.
Para pemimpin agama yang datang itu adalah Abdul Aziz dari Islam, Pandita Muda, Anton Jason dari Budha, Suster Hetti dari Biara SCMM (Sister of Charity of Our Lady Mother of Mercy), dan Pendeta Kristi dari Gereja Kristen Jawa Gondokusuman. Selain itu hadir pula, Bapak Maman Sulaeman, perwakilan dari BPTH Wilayah III, dan seluruh perwakilan lembaga yang terlibat dalam kegiatan ini, serta warga masyarakat setempat. Sehingga total peserta yang hadir mencapai 100 orang.
Pendeta Kristi mengatakan semua orang beriman perlu mengingat bawha kita penting membangun relasi tidak hanya dengan Sang Pencipta dan sesama, tetapi juga dengan alam, karena kita tidak mungkin hidup lepas dari alam.
Selain menanam pohon, Gusdurian Jogja juga mengajak para peserta festival untuk bermain “Dolanan Ekologi” di Warna Kopi, Ngaglik, Sleman. Ada dua macam permainan, yaitu ular tangga dan alas cerita ekologi.
“Jadi dengan dolanan ini, para peserta diajak untuk bergembira sambil belajar tentang lingkungan,” ujar Jojo.
Sementara itu, Trisnawan YB Sasangka, pemilik Warna Kopi mengatakan pihaknya terlibat dalam kegiatan ini sebagai bentuk syukur kepada alam yang sudah memberikan banyak kebaikan kepada manusia dan untuk memperingati enam tahun Warna Kopi. Salah satu bentuknya dengan menanam pohon karena pohon memberikan kesejukan dan menjadi rumah bagi berbagai flora dan fauna.
“Semoga kesadaran untuk menjaga lingkungan ini bisa diikuti masyarakat banyak,” ujarnya.
Belasan organisasi yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Warna Kopi dan Pecinta Kopi, Balai Perbenihan dan Tanaman Hutan (BPTH) Yogyakarta, SAMI Initiative, GUSDURIAN Jogja, Warga Dusun dan Karang Taruna Gondanglutung dan sekitarnya, Komunitas Sungai Sleman, Pusat Studi Agama & Demokrasi Universitas Islam Indonesia, Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), The International Nature Loving Community (INLA) LOQUI, Ruang Obrol, Komunitas Kucing UGM, HMI Pasca Sarjana UGM, Pusat Studi Lingkungan Universitas Sanata Dharma (Sadhar), Pendidikan Biologi Sadhar, MAPALA Diploma Pengelolaan Hutan Sekolah Vokasi UGM, Jampiklim, dan Arupa. Red/HS