Oleh: Muliansyah Abdurrahman
Penulis Adalah: Dosen FISIP UMS dan Peneliti Institut Politik Indonesia
PUTRAINDONEWS.COM – JAKARTA | Siapa yang tak mengenal sosok Ali Mochtar Ngabalin yang belakangan nyaris tak satupun media yang luput memberitakan jejak langkahnya.
Ali Mochar Ngabalin atau yang sering disapa Bang Ngabalin ini termasuk salah satu figur yang paling banyak disorot publik.
Pria kelahiran Fak-fak 25 Desember 1968 ini memiliki track record cukup panjang, baik sebagai seorang mubalig maupun politisi.
Hampir tak satupun publik di tanah air yang tak mengenalnya. Pasalnya, mantan Ketua DPP Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) ini mempunyai karakter dan gaya komunikasi politik yang sangat unik.
Gayanya yang khas ‘ketimuran’ menjadikan Ngabalin sebagai salah satu politisi dari Timur Indonesia yang paling sering tampil di publik dan hampir tak pernah absen dari sorotan kamera.
Selain itu, hal lain yang membuat Ngabalin tersohor di mata publik ialah taktik politiknya. Banyak yang menilai Ngabalin seorang politisi yang kurang tegas dalam pendirian.
Pandangan miring yang dialamatkan ke beliau itu beralas pada gaya politik Ngabalin yang cenderun fleksibel dalam politik.
Hal ini sangat berbeda dengan tipe politisi tertentu, yang katakanlah memiliki prinsip bertahan walau tenggelam dalam badai.
Sayangnya, soal tipikal dan karakter politik adalah perkara masing-masing. Sebab, setiap orang dengan karakter politik yang dimilikinya terbentuk atas dasar pilihan dan keputusan pribadi.
Lalu, apakah Ngabalin salah dengan keputusannya? Tentu tidak juga. Seperti dikatakan di awal, masing-masing orang memiliki pandangan dan gaya politiknya yang berbeda-beda.
Tidak mudah mengatakan gaya politik ini lebih baik dari gaya politik itu. Sebab, baik-buruk seorang politisi bukan pada karakter politik yang dibangun, melainkan implikasi dari setiap keputusan politik bagi masyarakat luas.
Banyak pihak menyebut Ngabalin sebagai politisi tidak punya pendirian hanya dengan melihat langkah politiknya yang cenderung memilih bergabung dengan pemerintahan Jokowi-JK.
Ngabalin sebelumnya adalah seorang pendukung Prabowo yang sangat vokal mengeritik kepemimpinan Jokowi.
Ia tak henti-hentinya melayangkan protes keras untuk tidak memilih Jokowi dan wakil presiden Jusuf Kalla pada Pilpres 2014 silam, dimana ketika itu berhadapan dengan rival terkuat pasangan Prabowo-Hatta.
Namun, kemenangan berpihak pada pasangan Jokowi-JK. Pasca ditetapkannya Jokowi-JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019, Ngabalin masih terbilang konsisten dalam mengawal pemerintahan baru, meski berada di luar pemerintahan.
Akan tetapi setelah kurang lebih empat tahun kepemimpinan Jokowi-JK, nama Ngabalin mulai digadang-gadang bakal menjadi bagian dari tim kerja Jokowi-JK.
Alhasil, kabar tersebut ternyata benar. Pada tanggal 1 Mei 2018, Ngabalin resmi ditunjuk sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden (KSP) yang ketika itu dipimpin oleh Eko Sulistyo.
Banyak pihak tidak menyangka Ngabalin bakal bergabung dengan pemerintahan Jokowi. Mengetahui kabar tersebut, berbagai pihak mulai mencibir bahkan ada yang melayangkan kalimat-kalimat tak sedap kepada beliau.
Kendati tak sedikit yang menggunjingnya, Ngabalin tetap tegar menghadapi serangan bertubi-tubi dari pihak-pihak yang tidak senang dengan laku politiknya.
Dalam sebuah wawancara yang dilakukan salah satu televisi swasta, Ngabalin mengatakan pilihan politiknya–yang oleh sebagian dianggap bagai kutu loncat–sebagai hal lumrah dalam dunia politik.
Dia menilai, dalam politik tak ada yang mustahil. “Politik itu dinamis†ucapnya dalam wawancara tersebut.
“Sebelum keputusan Mahkamah Konstitusi kita memang berseberangan. Tapi begitu ada keputusan Mahkamah Konstitusi, sekali lagi saya orang pertama yang mengatakan bahwa pemerintah ini harus di-back-up,†ucap Ngabalin dalam sebuah wawancara yang dilakukan media iNews dan dipublikasikan melalui chanel Youtube bernama iNews Talkshow & Magazine, Jumat (29/7/2018).
Menurut mantan Ketua Umum PP Badan Koordinasi Mubaligh Se-Indonesia (PP BAKOMUBIN) ini, orang lebih cenderung menilai sisi luar tanpa memahami maksud sebenarnya mengapa seseorang mengambil keputusan yang, katakanlah, bersebarangan dengan keingingan banyak pihak.
Demikian halnya dengan keputusan yang ia buat. Ia memilih menjadi bagian dari pemerintahan Jokowi-JK bukan karena mengejar sesuatu yang menggiurkan. Justru, masuknya Ngabalin dalam tim kerja strategis Jokowi lantaran ada yang kurang dalam pemerintahan tersebut.
Karena itu, penempatan posisinya sebagai Tenaga Ahli Utama bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi KSP adalah untuk mengisi celah yang selama ini menjadi kendala utama dalam kepemimpinan Jokowi.
Posisi tersebut dinilai tepat untuk diduduki seseorang yang memiliki karakter seperti Ngabalin.
Seperti diketahui, sebelumnya gaya komunikasi politik istana cenderung tertutup yang membuat istana bagai dunia yang terisolasi dari publik.
Padahal, istana merupakan ‘singgasana’ rakyat dimana seluruh aktivitas dalam istana harus terekspos ke publik. Hal ini agar sirkulasi informasi baik dari istana ke publik dan dari publik ke istana terhubung sekaligus tersalurkan dengan baik.
Karena itu, diperlukan orang yang memiliki kemampuan untuk mengurai kebuntuan itu. Penunjukkan Ngabalin mengisi posisi tersebut adalah bagian dari solusi itu sendiri.
Hal lain yang juga tak diketahui publik, mengapa Ngabalin memutuskan masuk ke dalam istana ialah keyakinannya memerangi kebatilan.
Ia berujar, kebaikan yang tak terorganisir akan kalah terhadap kebatilan yang terorganisir. Dia memandang Jokowi dan tim kerjanya adalah kumpulan orang-orang baik namun kalah jumlah untuk melawan kebatilan dari luar yang jumlahnya jauh lebih besar dan terorganisir.
Karena itu, ia memilih menjadi bagian dari kebaikan yang terorganisir itu dengan cara masuk ke dalam lingkaran orang-orang baik.