Putraindonews.com, Makassar – Platform digital memberi peluang dan ruang bagi setiap orang untuk mempublikasikan tulisannya. Bisa melalui situs web pribadi, kelompok atau komunitas, maupun organisasi. Bahkan bisa melalui akun media sosial, seperti Facebook dll. Penyalurannya pun bisa sekadar sebagai bentuk ekspresi diri untuk menuangkan hobi dan minat pada bidang tulis-menulis atau menjadikan aktivitas menulis sebagai profesi.
Akses untuk mempublikasikan tulisan tersebut sangat dimungkinkan melalui portal berita dalam beragam genre. Berbeda dengan media cetak, yang begitu ketat memberlakukan syarat pemuatan tulisan, pada media online tampaknya agak longgar. Alasannya, antara lain karena di media online tidak ada batasan soal kolam dan halaman. Pemuatannya juga bukan hitungan harian, dan tak harus menunggu mingguan. Setiap saat dimungkinkan bagi seorang penulis bisa memposting tulisan-tulisannya.
Namun begitu, Rusdin Tompo, selaku Praktisi Mengajar angkatan 4, ketika memberikan materi kuliah tentang Bentuk Tulisan yang Menarik pada Era Digital, Rabu, 22 Mei 2024, memberikan beberapa panduan. Materi pada pertemuan ke-5 ini, merupakan bagian dari mata kuliah Kemahiran Membaca dan Menulis Bahasa Makassar.
Di hadapan mahasiswa semester II, kelas B, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin (Unhas), Rusdin Tompo berbagi pengalaman sebagai seorang penulis. Dosen pengampu mata kuliah, Pammuda, SS, M.Hum dan Dr Sumarlin Rengko HR, SS, M.Hum, juga hadir di dalam kelas membersamai.
Tulisan menarik, jelas penulis buku Sehimpun Puisi Tuhan Tak Sedang Iseng (2014) itu, paling tidak memiliki 10 (sepuluh) ciri. Ciri-ciri ini bukan merupakan syarat kumulatif, tapi tanda yang bisa dipakai saat kita menulis.
Pertama, judulnya “provokatif”, yakni memancing minat orang untuk membacanya. Provokatif ini tak berarti harus sensasional dan bombastis. Dia mengingatkan, tulisan yang dimulai dengan kata “viral” pun belum tentu menarik. Bisa saja itu jebakan clickbait, biar pembaca mengklik tulisan itu.
Kedua, gaya pengungkapan yang unik, berbeda, dan tidak klise. Setiap penulis, menurutnya, biasanya punya gaya penulisan tersendiri yang jadi ciri karyanya. Sehingga, bisa saja tulisan dengan tema yang sama, tapi cara pembahasan dan ditulis dengan gaya yang berbeda.
Ketiga, tulisan tersebut mudah dipahami karena alurnya mengalir dan jelas. Memang bisa saja tulisannya rumit dan tetap bagus. Namun, pada umumnya, orang menyukai tulisan yang tidak terlalu mengernyitkan dahinya saat dibaca.
Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Sulawesi Selatan itu melanjutkan. Keempat, tulisan menarik bila related (terkait) dengan kehidupan pembacanya. Bisa itu berupa kenangan, sejarah, tempat, hobi, atau aktivitas sehari-hari.
Kelima, tulisan menarik bila memberi panduan praktis cara membuat atau melakukan suatu tindakan. Makanya, buku-buku terkait how to termasuk laris di pasaran. Misalnya, buku-buku tentang pola pengasuhan anak.
Keenam, tulisan pada media digital yang menarik minat orang membaca, yakni yang menggunakan kata kunci tertentu. Kata kunci itu berupa istilah atau kosakata yang populer di mesin pencari (search engine).
Ketujuh, tulisan yang menarik bila bisa memenuhi kebutuhan informasi pembaca. Mengingat pembaca itu sangat beragam dari segi usia, gender, pekerjaan, gaya hidup, agama, budaya, pilihan politik dan berbagai atribut latar belakang sosial maka tentu kebutuhan informasinya juga beragam.
Kedelapan, tulisan yang kaya informasi, memberi edukasi, dan mencerahkan, sudah pasti termasuk yang diminati pembaca. Pembaca menyukai tulisan dan bacaan-bacaan positif. Apalagi bila itu dianggap bisa mempengaruhi hidupnya.
Kesembilan, tulisan yang menarik itu bila materinya memberi perspektif baru bagi pembacanya. Seorang penulis, biasanya punya pisau analisis sendiri. Rusdin Tompo mencontohkan, sebagai orang yang fokus pada isu media dan anak, dia kerap menggunakan hak dan perlindungan anak dalam mengkaji suatu kebijakan. Itulah perspektif yang dia bahas dan tawarkan dalam banyak tulisannya.
Pada bagian akhir pemaparannya, Rusdin Tompo yang juga merupakan editor buku sejumlah tokoh di Sulawesi Selatan, menyampaikan bahwa tulisan itu menarik bila memberi motivasi, inspirasi, dan hikmah bagi pembacanya. Terkadang, katanya, ada kisah-kisah menyentuh sisi kemanusiaan dan punya aspek spiritualitas, semula hanya dianggap pengalaman pribadi. Namun, justru tulisan-tulisan serupa itu kerap diminati pembaca. Poin kesepuluh ini menutup bahasannya tentang tulisan yang menarik di era digital.
Selain sesi tanya jawab dengan mahasiswa, mereka juga dikasi challenges membuat tulisan bertema kenangan dan diberi judul menarik. Kenangan itu bisa terkait mantan, sahabat, kampung halaman, orangtua, dan sebagainya. Meski durasi menulisnya relatif singkat, tapi dari hasil tulisan yang dibacakan beberapa mahasiswa, terlihat bahwa mereka punya potensi menulis yang baik dan menarik. Red/Umar