Eksplorasi Majalengka, Gubernur Jabar Terpesona Alam Bantaragung

PUTRAINDONEWS.COM

KABUPATEN MAJALENGKA – JABAR | 24 Juni 2019. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dibuat terpesona oleh keindahan alam Desa Bantaragung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, dalam kunjungan pada Minggu (23/6/19).

Didampingi Bupati Majalengka Karna Sobahi dan Wakil Bupati Tarsono D Mardiana, Gubernur mengeksplorasi keindahan alam Bantargung menggungakan motor offroad.

Hamparan sawah hijau sejauh mata memandang sungguh mencerminkan lanskap perdesaan khas Tanah Pasundan. Menilik sejarahnya, desa di ujung timur Majalengka ini dulu bernama Desa Batara Agung sebelum berubah nama menjadi Bantaragung.

Total ada delapan objek wisata alam unggulan di Desa Bantaragung. Kedelapan objek wisata itu yakni Curug Cipeuteuy, Bumi Perkemahan Awilega, Bukit Batu Semar, Puncak Pasir Cariuk, terasering sawah Ciboer Pass, dan dua lagi sedang dikembangkan.

Setiap objek wisata memiliki keunikan sendiri dan alamnya terbilang masih belum terjamah. Tak heran Desa Bantaragung pernah dijuluki ‘Surga Tersembunyi Terpopuler’ di ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2017.

Menariknya, objek-objek wisata tersebut diintegrasikan oleh Kelompok Masyarakat Sadar Wisata (Pokjarwis) Agung Mandiri, sehingga pengembangan wisata benar-benar dilakukan berbasis masyarakat.

Salah satu objek wisata yang menarik perhatian Gubernur adalah Curug Cipeuteuy. Objek wisata ini merupakan air terjun dengan air yang masih jenih dan segar yang bersumber dari Gunung Ciremay. Karena keindahannya ini, Emil – sapaan akrab Ridwan Kamil – tergoda untuk merasakan langsung kesegaran airnya.

Emil yang sedari tadi sudah terlihat tidak tahan, segera melepas kacamatanya lalu terjun ke dalam curug diikuti Wakil Bupati Majalengka, kepala desa, serta warga Bantaragung.

Memakai celana hitam dan baju polo abu, Emil sempat memperlihatkan kepiawaiannya berenang gaya bebas. Aktivitas tidak biasa ini sungguh menarik perhatian warga sekitar. Warga begitu terkesan dengan kedekatannya dengan gubernur yang seorang arsitek.

Emil pun mempromosikan potensi Curug Cipeuteuy kepada seluruh Indonesia dan dunia internasional. “Kepada warga Indonesia, warga dunia jangan lupa  datang ke Jawa Barat, datang ke Majalengka di Curug Cipeuteuy. Keindahannya mewakili alam Jawa Barat dan Majalengka,” ajaknya.

BACA JUGA :   KASUS COVID-19 DI KOTA BANDUNG, ANGKA KESEMBUHAN LEBIH TINGGI DARI KEMATIAN

Puas berenang bersama warga di Curug Cipeuteuy, rombongan gubernur bergerak menuju destinasi berikutnya: Ciboer Pass. Jaraknya sekitar 1 kilometer dari balai desa Bantaragung. Di Ciboer Pass, Emil dimanjakan dengan hijau padi yang ditanam dengan pola terasering yang dibelah oleh Sungai Ciwaru. Keindahannya tidak kalah dengan sawah terasering Ubud, Bali.

Ciboer Pass menjadi tempat yang asyik kala menikmati jingga di ujung hari. Diiringi lantunan adzan magrib, Ciboer Pass mengingatkan pada ungkapan bahwa Tanah Pasundan memang diciptakan Tuhan YME saat tersenyum. Ciboer Pass menjadi spot yang tepat untuk bertafakur mensyukuri segala pemerian Sang Pencipta.

Di atas batu alami Sungai Ciwaru, Emil yang memang seorang arsitek sempat mendesain konsep pariwisata bersama Bupati Majalengka, kepala desa, pokjarwis Agung Mandiri, serta Kepala Dinas Pemberdayaan dan Masyarakat Desa Jabar.

Melalui tangan dingin Gubernur Ridwan Kamil, Desa Bantaragung segera memasuki fase perkembangan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.

“Insyaallah setelah ini kita akan promosikan Majalengka habis-habisan. Karena banyak objek wisatanya yang luar biasa, di pegunungan, air dan lain sebagainya,” kata Emil.

Desa Meraup Rp2 Miliar per Tahun

Desa Bantaragung, yang memiliki delapan objek wisata alam telah menghantarkan warganya ke pintu kesejahteraan. Asal tahu pendapatan Desa Bantaragung dari sektor pariwisata mencapai Rp2 miliar per tahun.

Objek yang menjadi andalan adalah Curug Cipeuteuy, Bumi Perkemahan Awi Lega, Batu Asahan, Bukit Batu Semar, Puncak Pasir Cariu, dan Terasering Sawah Ciboer Pass.

Masih ada dua objek wisata lain yang masih dalam tahap pengembangan. Salah satunya wisata hutan seluas 20 hektare di Desa Malarhayu.  Pengembangan wisata berkolaborasi dengan Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor di bawah pembinaan Balitbangda Kabupaten Majalengka.

BACA JUGA :   PEMBUKAAN TAHUN AKADEMIK 2019/2020 SEKOLAH-SEKOLAH YAYASAN PENDIDIKAN TANJUNGENIM LESTARI (YPTeL)

Lima tahun mengembangkan objek wisata, pendapatan desa Bantaragung meningkat signifikan. Selain itu, jumlah pengangguran di desa pun berkurang. Tercatat 800 warga desa sudah tergabung menjadi pengelola wisata.

“Apabila diakumulasikan, pendapatan desa dari delapan objek wisata alam ini sudah mencapai di atas Rp2 miliar. Semuanya itu kita kembalikan lagi kepada masyarakat, karena ini dibangun permodalannya dari masyarakat,” kata Kepala Desa Bantaragung Maman Surahman.

Berdasarkan data Pokdarwis Agung Mandiri, jumlah wisatawan Bantaragung mencapai 300.000 per tahun. Namun, tahun ini, kunjungan bisa saja meningkat. Pasalnya, per Juni 2019, wisatawan desa Bantaragung sudah mencapai 200.000.

Menurut Maman, dengan banyaknya wisatawan, pihaknya pun memberdayakan keluarga tidak mampu untuk menjadi homestay (rumah singgah). “Sampai saat ini sudah ada 370 rumah singgah (homestay) dengan tarif Rp 20 ribu-100 ribu per malam,” ucapnya.

Selain objek wisata alam, desa dengan 1.227 kepala keluarga dan luas wilayah 478 hektare juga memiliki potensi di bidang pertanian. Maman mengatakan, Desa Bantaragung menjadi produsen durian terbesar di Kecamatan Sindangwangi. Tak hanya itu, ada kebun bawang merah seluas 113 hektare yang bisa menghasilkan 500-600 ton setiap kali panen.

Melalui berbagai upaya tersebut, diharapkan masyarakat desa Bantaragung bisa mandiri secara ekonomi tanpa harus urbanisasi ke kota. Objek wisata yang ada bisa menjadi peluang berwirausaha, bahkan membuka peluang lapangan kerja.

“Harapan kami, karena Desa Bantaragung ini jauh dari perkotaan, sedikit sarana untuk menunjang kesejahteraan, diharapkan masyarakat dengan adanya objek wisata ini masyarakat bisa hidup di kampung sendiri,” katanya.

“Warga bisa berjualan, lapangan perkerjaan terbuka, potensi alam yang ada bisa dimanfaatkan baik ternak hewan ataupun tanaman-tanaman endemik,” kata Maman. (**)

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!