Tadarrus Puisi SATUPENA Bawa Banyak Pesan Profetik dan Futuristik

Putraindonews.com – Tadarrus Puisi Ramadhan yang digelar perkumpulan penulis yang tergabung dalam Satupena dinilai membawa banyak pesan profetik. Bahkan, ada juga pesan futuristik yang menantang umat beragama untuk merumuskan model berTuhan di masa depan.

Demikian disampaikan peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Toto Izul Fatah kepada media di Jakarta,  Sabtu (16/3/24), usai menghadiri acara yang digelar para penulis tersebut dalam rangka rangkaian kegiatan Ramadhan.

Hadir pada acara tersebut, Denny JA sebagai Ketua Umum Satupena, penyair kondang Sutradji Calzoum Bachri, Prof. Fahry Ali, Yose Rizal Manua, Helmi Yahya, Agus R Sarjono, Jamal D Rahman, Nasir Tamara, Wina Armada, pianis ternama Marusya Nainggolan dan sederet tokoh lainnya.

Menurut Toto, salah satu pesan profetik yang sangat kuat tercermin dari rangkaian bait puisi yang dibacakan para penyair. Sebut saja saat Sutardji dapat giliran. Meski disampaikan dengan kemasan kritik (amar maruf nahyi munkar) dan dengan sedikit menghibur, puisi Sutardji tak kehilangan pesan-pesan moral dan spiritualnya.

Dalam pandangan Toto yang juga Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA ini, pesan moral dan spiritual itu tak harus selalu datang dalam bentuk rangkaian ayat-ayat kitab suci, tapi bisa juga lewat rangkaian bait puisi hasil dari sebuah perenungan yang mendalam dari seorang penyair.

BACA JUGA :   GUBERNUR BANTEN ; Sosok Komjen Listyo Sigit, Humanis dan Sangat dekat dengan Para Ulama

Intinya, kata Toto, jangan selalu melihat kebenaran itu dari wujud fisik yang tampak dan terlihat secara umum baik. Kebenaran bisa saja datang dari tukang sampah, pemulung, dan bahkan dari seorang pelacur yang mungkin saja mereka semua tak bersorban dan tak berkerudung.

Dalam kontek pelacur, jelas Toto, dirinya mengaku tak bermaksud melakukan pembenaran terhadap praktik maksiat yang mungkin dilakukannya selama ini. Tapi, ada pesan kuat disitu, bahwa orang yang paling miskin itu adalah orang yang sampai mau menjual dirinya.

“Nah, ini bisa jadi tantangan buat para ulama untuk berijtihad, apakah para pelacur atau PSK itu layak menjadi mustahik sebagai penerima zakat? Atau Tidak sama sekali. Sementara, kalau kita bicara miskin, justru merekalah orang yang paling miskin karena sampai mau menjual dirinya,” ungkapnya.

Toto menegaskan, itu pesan profetik utama yang harus menjadi bahan renungan semua umat beragama yang sering kali terjebak dalam cara beragama secara formal dan tekstual. Padahal, begitu banyak pesan profetik para nabi yang sangat universal. Utamanya, tentang bagaimana hubungan membangun kebaikan diantara sesama umat manusia.

BACA JUGA :   PKN II Tahun 2019, Ciptakan SDM Yang Adaptive Leadership

“Mungkin, ini juga pesan penting yang disampaikan Mas Denny sebagai Ketua Umum Satupena soal adanya tantangan baru umat beragama dalam menghadapi teknologi AI. Apakah pada saatnya akan menggeser peran para juru dakwah, para biksu, pendeta dan lain-lain,” tegasnya.

Dalam kontek ini pula, lanjut Toto, kehadiran AI bukan mustahil juga pada saatnya akan mengubur peran para penyair. Sebab, bisa jadi, kemampuan AI akan jauh lebih kontemplatif dalam merangkai kata-kata dalam puisi ketimbang para penyair itu sendiri.

“Inilah pesan profetik sekligus pesan futurisitk yang penting sebagai tantangan baik buat para tokoh agama maupun para penyair di masa depan. Jangan-jangan, akan tiba saatnya, dimana robot AI, yang tak berharap masuk surga, akan jauh lebih mulia sikapnya ketimbang manusia yang hanya berhenti pada kata-kata,” tandasnya. Red/RT

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!