PUTRAINDONEWS.COM
JAKARTA | Dalam menjalankan kehidupan baru ditengah wabah COVID-19, Masyarakat Pencak silat Indonesia (MASPI)Â bekerjasama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menggelar kegiatan tahunan “Festival Virtual” bertempat di Pedepokan Pencak Silat TMII Jakarta Timur, Sabtu (22/08/20).
Sedangkan Penyelenggara kegiatan dipercayakan kepada Astrabi (Asosiasi Silat Tradisi Betawi Indonesia). Tema yang diangkat adalah “Finalisasi Pengamat Temu Pendekar Virtual Internasional 2020“, ini diikuti 42 peserta dari Indonesia dan luar negeri.
H Anwar Al Betawi Ketua Umum Astrabi yang juga Korwil MASPI DKI Jakarta kepada media mengatakan, Pelaksanan festival diselenggarakan oleh MASPI, sedangkan Asosiasi silat Tradisi Betawi Indonesia ( Astrabi) hanya sebatas tuan rumah untuk menampung rekan-rekan dari darinliar daerah seperti Bandung, Jawa Barat dan lainnya.
“Alhamdulillah, festival virtual kali ini diikuti 42 peserta dan ininsuatu kebanggaan kami karena peserta yang ikut ada dari luar negeri seperti perguruan Sera dari Italia.  Hal ini, tentunya memberikan dampak positif bagi terselenggaranya festival virtual ini. ” jelasnya.
Dalam pelaksanannya, dilakukan secara live dan ditayangkan dibeberapa jejaring, dengan harapan teman-teman di Eropah atau di negara lain juga dapat mulai bangkit kembali ditengah dampak covid-19. Selain itu, apa yang sudah diperjuangkan oleh Mayjen TNI (Purn) Dr. HC. Eddie M Nalapraya, selaku Bapak Pencak Silat Dunia, semakin membesar di seluruh dunia.
Ada beberapa poin yang kita peroleh yaitu, pertama, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan yang mensuport kita sehingga Festival Virtual dapat terselenggara dengan baik,
Kedua, terjalinnya kerjasama diantara panitia, meskipun dengan berbagai keterbatasan pada akhinya even ini dapat kita selenggarakan.
Idealisme kita adalah selalu berbuat dan mengkreasikan silat tradisi karena “Tidak Akan Ada Prestasi Tanpa Silat Tradisi”, karena itu, saya berharap IPSI juga mulai membuka ruang kepada silat tradisi, karena perkembangan dibawah karena pencak silat justru ada karena adanya silat tradisi.
Dalam even ini, tidak hanya bagaimana kita mengaplikasikan apa yang ada dibenak kita tetapi kita mulai dengan terobosan – terobosan baru agar para pesilat yang terkena dampak COVID-19 ini mula aktif kembali bahwa masanya kita tidak berdiam diri tetapi terus meningkatkan kemampuan dan kreatifitas kita.
“Keikutsertaan 42 perguruan, patut kita syukurin. Alhamdulillah, apa yang kita harapkan terlaksana dan membangkitkan bagaimana teman – teman memulai kembali berkreatifitas di perguruannya masing – masing.”ujarnya.
Ditambahkannya, bahwa dalam pelaksanan even ini, yang ditampilkan jurus dan aplikasinya, artinya jurus yang mereka tampilkan dan aplikasi dari jurus yang mereka tampilkan.
Dikatakannya, tidak semua mengacu pada aturan IPSI, kita juga kita terapkan aturan silat tradisi.
Intinya, MASPI dan Asosiasi Silat Tradisi Betawi Indonesia (Astrabi) sudah membuktikan bahwa dalam kondisi wabah COVID-19, kami tidak berdiam diri karena ini menjadi tanggung jawab kita bersama sabagai warga negara Indonesia. Ketika pencak silat sudah diakui dunia, maka wajib bagi kita sebagai pelaku untuk mempertahankan dan tetap melestarikannya.
” Jangan sampai lima tahun kedepan, kita akhirnya jadi penonton, tetapi seharusnyalah kita sebagai pelaku dari apa yang sudah kita, dapatkan tersebut.”terangnya.
Apa yang kami perbuat hari ini bisa memberikan energi baru kepada temen – teman bahwa ” Ayo kita sudahi dampak daripada wabah ini, ayo kita mulai berkreasi kembali, kita buka perguruan kita masing masing untuk beraktif kembali namun tetap menjaga protokoler COVID-19.”ajaknya.
“Semoga pencak silat tradisi Indonesia terus berjaya dan terus bermakna terhadap bangsa dan negara ini.”tungkasnya.
Sementara itu Hery Manurung Dirjen Kemendikbud Hery kuga menyampaikan bahwa, kegiatan temu pendekar ini merupakan kegiatan tahunan MASPI. Ini sebenarnya inisiatif komunitas saat itu, tidak ada dukungan dari pemerintah, tetapi ketika ini masuk ke dalam daftar Unisco, ini menjadi kewajiban kita dari permerintah untuk mendukung untuk berjalan.
Artinya kata Hery bahwa ini juga salah satu poin vertual ketika kita dalam kondisi pandemi saat ini. MASPI dan Asosiasi Silat Tradisi Betawi Indonesia (Astrabi) tetap berjalan mengadakan kegiatan meskipun dengan cara virtual, artinya tidak harus bertemu tatap muka disini tetap pewarisan nilai itu tetap berjalan, silaturahmi tetap berjalan meskipun dengan cara virtual.
“Ini langkah baik menurut kita dari Kemendikbud berharap kegaitan – kegiatan ini lebih diperbanyak apalagi ini tahunan. Dengan mengumpulkan dan mempertemukan Pendekar Internasional baik dari seluruh Indonesia bahkan dari luar negeri.
“Inisiatif komunitas artinya tidak ada pemerintah mereka tetap juga jalan, kita tidak bisa membiarkan komunitas jalan sendiri. Mudah – mudahan tahun depan kita bisa membantu lebih banyak dalam kegiatan ini. “katanya.
Seperti kita ketahui, pencak silat adalah tradisi kita dimana tidak hanya hanya melulu olahraga tetapi ada pewarisan nilai – nilai terhadap anak-anak generasi selanjutnya. Bahkan secara politis pencak silat ini jadi pemersatu bangsa, mungkin kita masih ingat salah satu pesilat memeluk Bapak jokowi dan Bapak Prabowo saat itu. Terlebih pencak silat ada dari Sabang sampai Marauke.”urainya
Di tempat yang sama Wahdad MY selaku Dewan Pendiri. Masyarakat Pencak silat Indonesia (MASPI) menjelaskan kegiatan festival virtual sebenarnya kelanjutan dari upaya – upaya kita yang sebelumnya,l. “Temu pendekar sudah kita laksanakan sejak tahun 2015, dan juga MASPI untuk Jakarta sejak 2015 mempercayakan sepenuhnya ditangan Pak Anwar selaku Ketua untuk melakukan pembinaan dan bekerjasama dengan pihak lain.
Festival Virtual merupakan temu pendekar yang sebelumnya dilakukan tidak virtual, tetapi adanya pandemi covid- 19 maka dilaksanakan secara virtual.
“Ini bentuk realisasi aksi program kita untuk menjawab apa yang kita lakukan setelah ada penetapan pencak silat sebagai warisan budaya dunia pada akhir Desember 2019 di Bogota. Kegiatan ini seharusnya dilaksanakan bulan Maret April, tetapi kita keburu bertemu wabah corona. Namun apapun yang kita perbuat ditengah situasi seperti ini, kita harus melakukan aksi itu.”bebernya.
Tahun ini, kita adakan di Jakarta, karena secara kebetulan memang ini menjadi tanggung jawab kita, terlebih Astrabi salah satu perguruan memiliki upaya yang luar bisa terhadap pemeliharaan tradisi ini. Selain itu. MASPI suatu komunitas sudah menjalin hubungan baik dengan Astrabi, ini dasar kita merealisasikan di Jakarta, sebelumnya kegiatan ini dilaksanakan di Bandung, Jawa Barat,” terangnya.
Ini juga memberikan satu jawaban sesungguhnya setelah proses penetapan, maka pencak silat harus naik kelas, karena itu, kita harus lebih cerdas memberikan ide dan gagasan dan tidak semata aksi – aksi yang bersifat teknis, karena bagaimanapun pencak silat bukan lagi menjadi milik kita tetapi sudah menjadi milik dunia.
“Jadi alangkah paradok dan sangat tidak elok, kita sebagai pemilik tidak melakukan upaya – upaya pelestarian. Melalui kegiatan ini menjadi satu jawaban bahwa Astrabi memiliki volume kegiatan begitu tinggi dan harus merangkul semua kegiatan – kegiatan komunitas tradisi lainnya.
Ini bukan kegiatan terakhir tetapi akan ada kegiatan yang lebih besar, Insya Allah di tahun 2021, bila pandemi berakhir kita ada beberapa even yang lebih besar lagi.
Kita melihat silat bukan hanya hanya semata – mata suatu warisan tetapi satu pengetahuan yang sesungguhnya harus dilakukan dengan upaya kreatifitas dan bukan sebatas aksi dan bersifat lisan, karena barat sudah jauh melakukan upaya – upaya pencatatan, pendokumentasian.
Oeh karena itu, kita harus cerdas karena setelah penetapan ini tidak hanya melakukan aksi – aksi yang bersifat lebih teknis, aplikasikan dengan bentuk evan seperti festival, karena jangan lupa pengakuan Unisco pada kita itu ada kata Plusnya yaitu Tradisi Pencak Silat Untuk Kemanusiaan”.
“For humanity”, ini nilai plus yang luar biasa yang harus kita syukurin karena menurut Dirjen Kebudayaan nilai plus itu adalah ini peninggalan peradaban Indonesia yang sudah dilakukan sebelumnya oleh nenek moyang leluhur kita 2000 tahun yang lalu.
Kalau peradaban ini punah, sama halnya hancur satu peradaban bangsa. Ini bukan saja menjadi kewajiban Astrabi dan atau MASPI tetapi sesungguhnya negara harus hadir disini. Tidak hanya membantu secara finansial tetapi secara moral dan secara politis seharusnya ada peran dari pemerintah.”tutupnya. Red/Ben