***
Putraindonews.com – Jakarta | Publik Jakarta sekarang kembali mengatakan dan mengeluh jalan-jalan di Jakarta sudah kembali macetnya seperti sebelum masa Pandemi Covid 19 tahun 2019 lalu. Keluhan itu disampaikan oleh masyarakat yang sehari-sehari bekerja dan kesulitan mendapatkan perjalanan cepat seperti masa Pandemi. Memang dua tahun masa Pandemi, tahun 2020-2021 lalu masyarakat masih banyak yang bekerja dari rumah. Nah ketika ketika pembatasan kegiatan di masa Pandemi dicabut, kegiatan masyarakat sudah mulai normal dan tidak lagi di rumah.
Memang sudah dapat dirasakan bahwa sekarang ini jalan di Jakarta sudah macet kembali seperti masa sebelum Pandemi, hal tersebut diungkap Pengamat Transportasi Azas Tigor Nainggolan, Minggu 26/2
Hal tersebut juga terbaca dan terlihat bahwasanya fakta lapangan memang jalan macet, mayoritas dipenuhi oleh kendaraan sepeda motor dan mobil pribadi. Jalan Jakarta macet karena kembali dipenuhi oleh kendaraan bermotor pribadi, terangnya
Menyampaikan sedikit pengalaman pribadi Tigor yang juga Ketua FAKTA DKI Jakarta menuturkan bahwasanya Minggu kemarin ia memiliki undangan acara pertemuan dua hari di daerah Cilandak Jakarta Selatan.
Hari pertama dirinya berangkat sekitar jam 06.30 wib dan tiba di empat pertemuan di dekat stasiun MRT Fatmawati sekitar jam 08.00 wib. menggunakan mobil pribadi ke cara di daerah Cilandak tersebut dengan perjalanan macet luar biasa selama 1,5 jam.
Padahal ia sudah dari rumah di daerah Matraman Jakarta Timur sudah menggunakan jalan Tol mulai dari Cawang hingga ke daerah jalan TB Simatupang dan keluar di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Padahal lokasi tempat acara saya dekat, sekitar 300 meter saja dari stasiun MRT Fatmawati.
Pengalaman melelahkan dan hati kesal hari pertama itu membuat dirinya pada hari kedua berpikir menggunakan lagi mobil pribadi ke Cilandak.
Berhubung tempat acara dekat dengan stasiun MRT Fatmawati maka ia merubah pola transportasi ke acara di Cilandak.
Menggunakan mobil pribadi dirinya harus membayar bayar tol Rp 23.000 dan biaya bensin sekitar Rp 50.000 sekali perjalanan.
Hari kedua ia tinggalkan mobil di rumah dan menggunakan layanan transportasi publik untuk perjalanan ke Cilandak. Dengan gunakan OJOL dari rumah ke stasiun MRT Hotel Indonesia dengan tarif Rp 15.000 dan lanjut naik MRT turun di stasiun MRT Fatmawati dengan tarif Rp 13.000.
Adapun, perjalanan sejak dari rumah sampai di lokasi acara hanya sekitar 40 menit dengan badan segar tidak kecapean seperti mengemudikan mobil sendiri, hanya keluar uang Rp 28.000.
Jika kita mengelola perjalanan kita dan menggunakan moda transportasi publik maka kita akan lebih murah, lebih cepat juga lebih segar dan perjalanan jadi efektif juga efisien.
Artinya Jakarta memang macet akibat tingginya penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Sementara terlihat di jalan-jalan juga sudah ada layanan transportasi publik yang baik dan canggih seperti KRL, LRT, MRT dan Transjakarta, bebernya.
Yang menjadi pertanyaan besar adalah, “mengapa pula masyarakat masih lebih suka menggunakan kendaraan bermotor pribadinya untuk bertransportasi?”
Padahal Jakarta sudah memiliki moda transportasi publik massal yang baik dan canggih, cetusnya
Selanjutnya ia pun berpikir pula, “ah biar saja jalan Jakarta macet, mari pemerintah provinsi (Pemprov) Jakarta terus konsentrasi membangun sistem layanan transportasi publik massal yang baik dan terintegrasi bagi masyarakat.
Kesamping dulu dulu program Jalan Berbayar Elektronik atau Electronic Road Pricing (ERP), harapnya.
Turunkan pasukan Dinas Perhubungan dan Satpol PP ke jalan untuk membantu mengatur lalu lintas macet berkurang. Juga menjaga agar jalur Transjakarta steril dari kendaraan lain dan perjalanan Transjakarta lancar.
Toh saat ini gubernur Jakarta, Heru Budi Hartono sudah konsentrasi membangun dan menata kembali layanan transportasi publik di Jakarta agar terintegrasi dan mudah diakses oleh masyarakat.
Ya biar saja para pengguna kendaraan bermotor pribadi rasakan kemacetan seperi sekarang ini agar mereka mau berpindah menggunakan transportasi publik untuk melakukan perjalanannya atau bertransportasi. Rasanya memang perlu memberi pelajaran nyata pada masyarakat bahwa jalan di Jakarta macet akibat penggunaan kendaraan bermotor mereka. Justru merekalah sendiri yang bikin macet karena masih suka menggunakan kendaraan bermotor pribadi.
Kalo tidak mau macet, ayo gunakan transportasi publik dong”. Jadi mari kita dukung Pemprov Jakarta dan Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono fokus menyelesaikan pembangunan sistem integrasi dan akses layanan transportasi publik massal di Jakarta agar bisa memecahkan masalah kemacetan Jakarta, pungkas Tigor. Red/HS
***