Putraindonews.com – Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Benyamin Davnie memastikan pembangunan di bidang pendidikan menjadi prioritas Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel.
“Pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu prioritas di Kota Tangerang Selatan. Selain pembangunan fisik bangunan sekolah, peningkatan kualitas sumber daya manusia juga menjadi salah satu prioritas Kota Tangerang Selatan,” ungkap Benyamin saat menghadiri Penyerahan SK Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) Sekolah Jenjang TK, SD, dan SMP Tahun 2024 di Gedung G Politeknik Keuangan Negara STAN, Jurangmangu Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangsel, Rabu (31/1/24).
Ia melanjutkan bahwa dalam rangka mendukung pembangunan yang ada, maka pihaknya telah meluncurkan berbagai program di antaranya bantuan biaya pendidikan sarjana bagi para guru, tenaga pendidik yang sedang menjalani proses perkuliahan, dan juga bagi masyarakat Tangsel.
“Mungkin jumlahnya masih perlu ditingkatkan ditingkatkan, insyaa Allah, sesuai dengan kemampuan keuangan daerah akan terus kita tingkatkan pada masa yang akan datang,” ungkap Benyamin.
“Sebagai salah satu program Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk mewujudkan 1.000 sarjana di Kota Tangerang Selatan dan juga program-program lainnya sebagai upaya menghasilkan sumber daya yang unggul serta peningkatan kemampuan warga masyarakat di Kota Tangerang Selatan menghadapi industri 4.0,” tambahnya.
Terkait penyerahan SK GTT dan PPT Sekolah Jenjang TK, SD, dan SMP Tahun 2024 tersebut, Benyamin menjelaskan, SK tersebut diberikan kepada 1.890 orang.
“SK ini adalah memperpanjang ikatan pekerjaan antara pemerintah kota dengan para guru dan pegawainya untuk satu tahun ke depan. Saya berharap dengan penyerahan ini mereka akan bekerja dengan tenang karena mereka sudah ada kepastian,” terangnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangsel Deden Deni mengatakan, dari jumlah tersebut, 501 di antaranya adalah GTT atau tenaga pengajar.
Deden mengakui jumlah tersebut masih kurang dari kebutuhan. Tapi dia yakin hal itu bisa diatasi dan masing-masing sekolah sudah memiliki strategi untuk mendapatkan solusinya.
“Kurang, tapi gak banyak, ada beberapa ratus, 100an kurang lebih. Jadi tidak terlalu banyak, masih bisa diatasi, dan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar,” pungkasnya. [Adv]