Putraindonews.com– Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (Wamen PKP) RI, Fahri Hamzah menyebut bahwa 98 kota di Indonesia, termasuk Kota Mataram di Nusa Tenggara Barat (NTB), menghadapi masalah serius dalam penataan kawasan kumuh. Fahri meminta para pengembang di Kota Mataram untuk berani mengusulkan ide dan gagasan brilian dalam menata kota.
“Hampir semua kota di Indonesia memiliki masalah penataan kawasan kumuh, termasuk Kota Mataram. Saya lihat banyak kawasan kumuh di sini. Pengembang harus memiliki ide-ide brilian dalam menata kota,” ujar Fahri dalam keterangan tertulis, Selasa (31/12/24).
Fahri menekankan pentingnya kreativitas dalam menata kota. Ia mengkritik pendekatan sederhana yang sering digunakan dan mendorong para pengembang untuk berpikir lebih inovatif.
“Penataan kota tidak bisa hanya dengan ide yang biasa-biasa saja. Harus ada konsep yang inovatif dan matang. Anggaran dari APBN dan non-APBN untuk program 3 juta rumah di NTB ini sangat besar,” katanya.
Kritik pada Kawasan Kota Tua Ampenan
Fahri secara khusus menyoroti kondisi Kota Tua Ampenan di Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, yang dinilainya semakin rusak. Ia meminta kawasan heritage tersebut segera ditata kembali dan menantang para pengembang untuk mengajukan ide-ide baru tanpa perlu khawatir soal pendanaan.
“Kota Tua Ampenan ini belum ditata, malah tambah rusak. Padahal ini adalah heritage. Saya tantang para pengembang untuk mengajukan ide mereka. Berapa pun biayanya, saya siapkan. Jangan khawatir soal uang, cari saya,” tegasnya.
Ajakan Kolaborasi dengan Pemerintah Daerah
Mantan Wakil Ketua DPR RI itu juga mendorong pemerintah daerah untuk bekerja sama dengan kontraktor guna menciptakan desain yang mampu menata kawasan kumuh secara efektif. Selain Kota Tua Ampenan, Fahri juga menyoroti kawasan Pulau Bungin di Kecamatan Alas, Sumbawa, yang direncanakan untuk ditata ulang jika ada pengembang yang mengajukan konsep yang baik.
“Rencana ini akan direalisasikan jika ada pengembang yang memiliki konsep penataan Pulau Bungin,” ujar Fahri. Ia juga mencatat bahwa pengajuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) di NTB telah mencapai 220.000 unit.
Tantangan untuk Pengembang
Fahri meminta inovasi dalam membangun rumah yang tertata rapi dan ramah lingkungan. Ia juga mengkritik para pengembang yang dinilainya masih terjebak pada pola pikir lama.
“Kawasan kumuh harus disulap menjadi kawasan yang indah. Jangan hanya menjual rumah sembarangan, apalagi dengan mengambil lahan persawahan. Duit banyak, yang dibutuhkan adalah ide,” tegasnya.
Fahri juga menyinggung para pengembang di Kota Mataram dan Lombok Barat yang dianggapnya terlalu bergantung pada sistem lama.
“Saya khawatir pengembang terlalu nyaman dengan sistem business as usual. Saya minta pengembang dan pemerintah daerah memiliki gagasan baru,” pungkas Fahri. Red/HS