Putraindonews.com – Konstruksi sosial masih saja menempatkan perempuan dalam posisi yang tidak sebanding dengan laki-laki. Ketimpangan gender ini menyebabkan adanya berbagai bentuk ketidakadilan, salah satunya adalah munculnya beban ganda yang harus dihadapi oleh perempuan.
Perempuan sering kali dihadapkan pada dua pilihan sulit yaitu harus melanjutkan karir atau menjalankan peran domestik. Namun banyak dari mereka yang merasa perlu untuk menjalankan keduanya dalam satu waktu.
Faktanya beban ganda yang dialami perempuan berkarir tidak terlepas dari kultur patriarki yang masih yang masih mengakar dalam masyarakat kita terutama dalam lingkungan keluarga.
Budaya patriarki adalah suatu dominasi laki-laki yang memposisikan perempuan sebagai warga “kelas dua.”
Dalam hal ini perempuan dianggap bertanggung jawab atas peranan domestik, seperti mengurus rumah tangga dan membesarkan anak.
Perempuan memiliki peran sebagai ibu rumah tangga yang merupakan peran mutlak yang tidak bisa dihilangkan begitu saja dalam kultur masyarakat kita yang patriarki. Sementara laki-laki lebih berperan di ranah publik termasuk dalam urusan pekerjaan dan pengambilan keputusan.
Perempuan yang berkarir merupakan perempuan yang melakukan pekerjaan sesuai bidang ilmu dan keahliannya. Pada umumnya perempuan karir yaitu perempuan yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan mempunyai status yang cukup tinggi juga dalam pekerjaannya.
Pandangan tentang perempuan bekerja, dalam budaya patriarki masih menganggap bahwa keberhasilan seorang perempuan adalah jika dia berhasil dalam pekerjaannya dan juga dalam membina keluarganya. Oleh karena itu, ketika seorang perempuan bekerja atau melakukan kegiatan di ranah publik untuk mencari uang, maka dia masih wajib melakukan pekerjaan rumah tangga dalam hal ini, tanggungjawab rumah tangga masih menjadi beban perempuan.
Walaupun sudah ada peningkatan jumlah perempuan yang bekerja di wilayah publik, namun tidak diiringi dengan berkurangnya beban mereka di wilayah domestik, mereka harus menjalankan keduanya.
Beban ganda perempuan merupakan masalah yang sering dihadapi perempuan karir. Mereka seringkali harus memilih antara tidak menikah dan sukses berkarir, atau menikah dan menjadi ibu rumah tangga yang baik.
Sebagai perempuan karir tentunya memiliki tuntutan yang sangat besar, terutama bagi mereka yang sudah menikah. Seorang yang sudah menjadi istri namun disisi lain juga sebagai perempuan karir maka akan memiliki dua peran dalam kehidupannya.
Mereka harus pandai untuk memanajemen waktu untuk menghindari konflik, tidak menuntut kemungkinan mereka yang mempunyai peran ganda akan mengalami kelelahan secara fisik dan mental.
Dalam hal ini, peran suami dan keluarga sangatlah penting. Dukungan seperti pembagian tugas rumah tangga dan pemahaman dari pihak suami akan membantu mengurangi beban perempuan karir.
Peningkatan kesadaran mengenai pentingnya peran laki-laki dalam mendukung perempuan karir dapat membantu menciptakan keseimbangan hubungan yang lebih baik. Di ranah publik pun perempuan harus didukung sehingga perempuan dapat berkontribusi tanpa dibebani dengan ekspektasi tinggi.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan Katadata Insight Center mengungkapkan bahwa banyak perempuan di Indonesia masih bekerja untuk mendapatkan penghasilan sambil merawat anak di rumah.
Dilansir dari Medcom.id, survei membuktikan bahwa sebanyak 79,3% perempuan di indonesia memiliki beban ganda, Penjabat Direktur ILO untuk Indonesia, Diego Rei menekankan pentingnya survei ini untuk mengembangkan dan merumuskan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional tentang Pekerjaan Perawatan.
Secara umum, faktor yang mendorong perempuan untuk bekerja yaitu terkait kebutuhan finansial yang menjadi salah satu faktor utama yang mendorong perempuan untuk bekerja.
Dengan meningkatnya biaya hidup banyak keluarga yang mengandalkan pendapatan dari perempuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selanjutnya, dengan bekerja mampu meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri perempuan. Ketika perempuan berpartisipasi dalam dunia kerja, mereka merasa dihargai dan diakui sebagai individu yang berguna bagi masyarakat.
Dengan semakin terbukanya peluang karir bagi perempuan di berbagai bidang pekerjaan, ada dorongan sosial untuk berkontribusi di luar rumah khususnya dukungan dari teman, keluarga yang dapat mendorong perempuan untuk mengejar karir meskipun masih ada tantangan terkait norma budaya semakin banyak perempuan yang mengejar pendidikan dan karir yang sebelumnya dianggap tidak sesuai dengan peran mereka.
Dengan begitu, perempuan tidak lagi merasa menjadi orang nomor dua dibawah laki-laki.
Terbukti dari semakin banyak perempuan yang melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Dan mereka siap berkarir sesuai dengan minat, bakat dan bidang keahliannya.
Penulis: Putri Dwi Lestari (Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945)