Oleh: Yakub F. Ismail
Membicarakan tokoh muda Indonesia yang sukses merintis karir di dunia bisnis tidak akan lengkap bila tidak memasukkan nama Sandiaga Uno.
“Bang Sandi” atau “Mas Sandi” adalah nama sapaan yang kerap disandangkan kepada pria yang kini berusia 55 tahun itu.
Kesuksesannya di dunia bisnis tanah air memang tidak ada yang meragukan lagi. Sandi memulai karir di dunia bisnis sejak usia muda.
Ia tercatat mulai terlibat dengan kegiatan sejak berusia belasan tahun. Namun, dirinya mulai serius menggeluti dunia bisnis ketika usianya beranjak 24 tahun.
Sandi terjun penuh di dunia usaha tepat setelah dirinya tamat kuliah dan bekerja di negara Amerika Serikat pada awal 1990-an.
Pria kelahiran Riau, 1969 itu menempuh perguruan tinggi di Wichita State University (AS) dan melanjutkan S2 di George Washington University.
Semenjak kuliah, ia sudah mulai tertarik dengan dunia keuangan dan investasi. Sempat bekerja paruh waktu dan belajar disiplin serta manajemen dari bawah.
Tidak lama setelah itu, ia memanfaatkan waktu untuk bekerja di perusahaan keuangan di Amerika dan Singapura.
Sempat bergabung dengan perusahaan NTI Resources Ltd. sebuah perusahaan investasi di Kanada.
Namun, situasi di luar dugaan terjadi pada penghujung tahun 1990-an. Sebuah krisis ekonomi melanda Asia tahun 1997 dan membuatnya terkena PHK.
Ia pun akhirnya memutuskan untuk mendirikan bisnis sendiri di usianya yang mulai memasuki 28 tahun, tepatnya pada tahun 1997/1998.
Sepulangnya ke Indonesia, Sandi membangun bisnis investasi bernama PT Saratoga Investama Sedaya bersama Edwin Soeryadjaya. Di perusahaan inilah untuk kali pertamanya ia terlibat sepenuhnya di dunia bisnis dan investasi sebagai pengusaha profesional.
Sukses di dunia bisnis membuat namanya melambung tinggi sebagai entrepreneur muda Indonesia yang sangat bersinar di masanya.
Namun, seiring berjalannya waktu, ia memutuskan untuk mencoba peruntungan baru dengan melibatkan diri ke dunia politik.
Di sinilah namanya semakin dikenal luas oleh publik tanah air. Dari terpilih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta (2017) hingga menjabat Menteri Pariwisata di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, membuktikan bahwa dirinya tidak berhenti di zona nyaman sebagai seorang pengusaha.
Sandi sekali lagi menunjukkan bahwa dirinya juga punya potensi besar untuk menjadi aktor politik yang berurusan dengan kepentingan masyarakat luas.
Kendati begitu, namanya perlahan meredup selang beberapa tahun terakhir, teristimewa saat namanya tidak lagi muncul di jajaran kabinet Prabowo-Gibran dan pengaruhnya di PPP yang semakin tidak terlihat.
Publik jadi bertanya, kemanakah sosok yang sempat menghebohkan publik Indonesia lantaran keberaniannya terjun langsung di dunia politik dengan membawa sejuta harapan masyarakat?
Kemana Sandi Pergi?
Tahun 2017, tepatnya di Pilkada DKI Jakarta, Sandi yang kala itu berpasangan dengan Anies Baswedan berhasil memenangkan kontestasi dengan raihan 3.240.987 suara (58,05%), jauh mengungguli kompetitornya Ahok-Djarot yang hanya meraup 2.350.366 suara atau sekitar 41,95%.
Sejak terpilih sebagai Wagub DKI Jakarta berpasangan dengan Anies ini, Sandi terlihat mulai serius memulai karir baru di dunia politik.
Ia tidak lagi berdiam diri di zona nyaman sebagai seorang pengusaha, melainkan terlibat aktif dengan beragam agenda dan kegiatan politik praktis.
Merasa semakin banyak dikenal publik, Sandi memutuskan untuk menaikkan oktaf agenda politiknya dari seorang pejabat daerah, naik ke level yang lebih tinggi skala nasional.
Benar saja, pada tahun 2019, bertepatan dengan masa dua tahun kurang menjabat sebagai wakil gubernur DKI, Sandi memilih mundur dari kursi 02 DKI dan memutuskan ikut berkontestasi pada Pilpres 2019.
Kali ini, orang yang menjadi pasangan duet bukan sembarang orang. Beliau adalah Prabowo Subianto seorang jenderal purnawirawan TNI bintang 3 yang namanya tidak asing lagi di republik ini.
Prabowo-Sandi, demikian sebutan untuk kedua pasangan yang tampil sebagai rival terkuat Jokowi-Ma’ruf, cukup menyita perhatian tidak hanya publik tanah air tapi juga masyarakat luar negeri.
Meski kalah melawan Jokowi-Ma’ruf di Pilpres 2019, nama Sandi benar-benar melambung tinggi bahkan menyamai sosok Prabowo yang terbilang sudah lama mencicipi panggung politik nusantara dan dikenal luas sebagai seorang politisi senior Indonesia.
Sebelum akhirnya nama Sandi perlahan meredup, Sandi sempat dipercaya rival politiknya di 2019 (Jokowi-Ma’ruf) untuk menjadi bagian dari Kabinet Indonesia Maju (KIM).
Sandi dipercaya mengisi posisi sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf). Namun, jabatan Menteri ini nyatanya tidak cukup mengangkat kembali popularitasnya.
Terbukti, setelah habis masa menjabat sebagai Menparekraf, publik pun mulai banyak yang melupakan beliau.
Pada perhelatan Pemilu 2024 sebagai parameter, namanya bahkan tidak masuk dalam 3 besar figur nasional dengan tingkat elektabilitas tertinggi menurut beberapa hasil survei.
Sandi bahkan kalah populer dengan tokoh-tokoh seperi Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Agus Harimurti Yudhoyono dan Ridwan Kamil.
Ambil contoh, hasil survei yang dilakukan dua lembaga survei terkemuka tanah air yakni, Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Indobarometer yang menggelar survei tahun 2021 untuk proyeksi Pemilu 2024.
Hasilnya, Prabowo Subianto berada di urutan pertama, disusul Ganjar Pranowo di posisi kedua. Sementara posisi ketiga ditempati Ridwan Kamil, dan peringkat keempat serta kelima masing-masing diduduki Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Setalah namanya tidak banyak disebut di berbagai laman media massa, sebagian publik pun bertanya-tanya, kemanakah Sandi berlabuh? Masihkah dirinya bertahan di panggung politik nasional, atau justru diam-diam membuat keputusan yang tidak banyak diketahui publik.
Menebak Arah Politik Sandi
Sampai detik ini tidak ada yang tahu kemana pria yang yang dikenal sebagai sosok politisi moderat itu melangkahkan kaki.
Pertanyaan ini menyeruak pasca namanya tidak mengorbit dalam bursa pencalonan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Padahal, ia sempat dirumorkan di awal bakal menduduki posisi Ketum pada partai berlambang Ka’bah itu dengan segala potensi, relasi dan sumber daya yang dimiliki.
Namun siapa sangka, perannya di partai berwarna dominan hijau tua itu nyaris tidak begitu kelihatan.
Jangankan maju sebagai Ketum partai, kiprah dan pengaruhnya pun jarang terlihat di parpol yang punya sejarah panjang sebagai salah satu partai tertua itu.
Ada yang meprediksi karir politik Sandi kini sudah menemui titik akhir alias tamat. Pembacaan ini meski terbilang masih terlalu dini bahkan terkesan buru-buru menyimpulkan, tetap didasarkan pada realitas di mana pegaruh penggagas program OK OCE itu semakin hilang di tengah datangnya para pesaing baru.
Terbaru, ia sempat dirumorkan bakal mendirikan partai baru sebagai kendaraan politik untuk kepentingan kontestasi akan datang.
Namun, hingga kini rumor ini belum bisa dipastikan benar tidaknya. Andai isu ini benar, maka siapakah orang-orang yang bakal ditarik menjadi mesin kekuatan partai?
Harus diakui, sebagai seorang politisi yang sudah cukup banyak terlibat dalam berbagai agenda politik nasional, Sandi memang cukup layak berada di jajaran top figur politik nasional.
Ia bahkan pernah berada sepaket bersama sosok yang kini tengah menjabat Presiden Republik Indonesia.
Itu artinya, Sandi memiliki potensi dan kans yang sangat terbuka untuk kembali naik ke posisi puncak elektabilitas nasional.
Apalagi, latar belakang dirinya sebagai seorang pengusaha sukses, tentu tidak sulit baginya untuk mengayuh kendaraan politik.
Bahkan, dengan menggabungkan dua agenda penting (politik dan ekonomi) dalam kiprah profesionalnya, akan membuat dirinya semakin komplit sebagai tokoh penting di masa mendatang.
Publik tentu berharap peran penting Sandi di kancah nasional tetap berkibar demi memberikan dampak bagi pembangunan bangsa.
Sosoknya yang terkenal cerdas, moderat, berwibawa dan penuh ramah, sangat cocok dijadikan teladan untuk generasi akan datang.
Karenanya, jika kabar isu tentang ikhtiar pribadi untuk mendirikan partai politik, maka ini akan menjadi kabar gembira.
Semoga apa yang sedang direncanakan Sandi dapat segera terealisasi sehingga kembali bangkit mengambil momentum akan datang.
Penulis Adalah Ketua Umum Ikatan Media Online (IMO) Indonesia