Peluang Investasi dan Pembangunan Banten di Era Gubernur Andra Soni

Oleh: Yakub F. Ismail

Provinsi Banten belakangan ini menjadi magnet bagi pelaku usaha baik dalam negeri maupun dari luar. Daya tarik ini tidak lepas dari posisi strategis Banten dalam konteks perekonomian nasional.

Secara geografis, Banten berada di ujung paling barat pulau Jawa yang juga sebagai gerbang utama bagi konektivitas antara pulau Jawa dan Sumatera.

Tidak berhenti di sana, posisi Banten yang berjarak hanya sejengkal dengan wilayah metropolitan Jakarta menjadikan kawasan ini begitu vital dan strategis untuk pengembangan bisnis dan infrastruktur ekonomi.

Banten juga terkenal unggul tidak hanya dalam hal posisi, tapi juga dari segi potensi sumber daya alam, dan infrastruktur industri yang cukup mapan.

Semua itu menjadikan Banten begitu istimewa di mata para investor dan pelaku usaha. Sayangnya, sejauh ini, seluruh potensi tersebut belum dimaksimalkan dengan baik.

Kini, di tangan Gubernur Andra Soni, Banten berhasil disulap menjadi kawasan paling sibuk dalam hal pembangunan infrastruktur, pengembangan ekosistem usaha, hingga akselerasi investasi yang berjalan masif.

Melalui gaya kepemimpinannya yang visioner, terbuka, akomodatif dan bersih, Andra Soni diyakini mampu menjawab harapan masyarakat Banten terkait pembenahan tata kelola pemerintahan dan penciptaan iklim usaha yang kondusif serta berkelanjutan.

Performa Investasi Meningkat

Berdasarkan data yang dirilis Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Banten, realisasi investasi di Provinsi Banten pada tahun 2024 mencapai Rp105,62 Triliun.

Adapun, realisasi investasi tahun 2024 ini didominasi oleh Penanaman Modal Asing (PMA) senilai Rp58,02 triliun atau sekitar 55 persen dari total realisasi investasi.

Sementara, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) nilainya menembus Rp47,60 triliun atau sekitar 45 persen.

Berkat capaian itu, Banten masuk pada urutan lima besar nasional wilayah dengan tingkat investasi terbesar.

Masih berdasarkan data yang ada, investasi dari PMA dan PMDN ini masing-masing tersebar di delapan wilayah kabupaten/kota se-Banten.

Khusus untuk, PMDN paling banyak berada di wilayah Kabupaten Tangerang, Lebak, Serang, dan Pandeglang. Sementara, untuk PMA lebih banyak terpusat di wilayah Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan terakhir Kota Serang.

BACA JUGA :   Merawat Iklim Dunia Usaha di Banten, Antara Investor dan Pemerintah Daerah

Adapun daerah yang memperoleh investasi PMA dan PMDN terbanyak di Banten termasuk Kota Cilegon dengan nilai investasi sebesar Rp.34,69 Triliun (32,86%), kemudian Kabupaten Tangerang sebesar Rp26,27 Triliun (24,87%), Kabupaten Serang Rp18,96 Triliun (17,95%), Kota Tangerang Rp14,11 Triliun (13,37%), Kota Tangerang Selatan Rp8,48 Triliun (8,03%), Kabupaten Lebak Rp1,86 Triliun (1,77%), Kabupaten Pandeglang Rp772 Milliar (0,73%), dan Kota Serang Rp453 Milliar.

Sementara berdasarkan sektor investasi yang berkembang di Banten, maka Industri Kimia Dan Farmasi menempati posisi tertimggi dengan nilai investasi Rp19,20 Triliun (18,03%), disusul industri Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran Rp17,32 Triliun (16,26%).

Di peringkat ketiga ada Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya Rp14,46 Triliun (13,58%), kemudian Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi Rp9,28 Triliun (8,72%) dan industri Perdagangan dan Reparasi Rp6,40 Triliun (6,01%).

Sementara realisasi investasi berdasarkann negara asalnya itu paling banyak dari Korea Selatan sebesar Rp15,30 Triliun, disusul Malaysia Rp10,33 Triliun, Hongkong Rp9,88 Triliun, Singapura Rp7,44 Triliun, dan Republik Rakyat Tiongkok sebesar Rp4,62 Triliun.

Untuk tantangan ke depan, sebaran investasi perlu dimaksimalkan di wilayah selatan seperti Lebak dan Pandeglang yang masih tertinggal dari daerah yang lain.

Andra Soni memiliki komitmen kuat terhadap pemerataan ini melalui pembangunan infrastruktur konektivitas dan kebijakan insentif fiskal.

Potensi Pembangunan

Banten kini punya potensi besar untuk mendorong pembangunan secara masif dan berkelanjutan. Diketahui, ada sekitar 20 kawasan industri terencana di Banten, termasuk Kawasan Industri Modern Cikande, Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), dan Wilmar Industrial Estate.

Kawasan-kawasan ini telah terintegrasi dengan Pelabuhan Merak dan Bojonegara, jalan tol Jakarta-Merak dan Serang–Panimbang, serta rel kereta barang.

Potensi luar biasa ini menjadikan Banten tidak saja prospek dan dari segi pembangunan, tapi juga memberikan peluang besar investasi manufaktur dan logistik.

Upaya mendorong potensi pembangunan infrastruktur itu, Gubernur Andra Soni mencoba menjawabnya melalui sejumlah program dan kebijakan.

Salah satu yang paling menyita perhatian publik ialah program Bang Andra alias akronim dari Bangun Jalan Desa Sejahtera.

Program ini diyakini mampu menjawab tantangan konektivitas antar wilayah di Banten. Jalan merupakan salah satu akses vital yang menjadi penyambung wilayah. Dan, ini harus dimulai dari lingkup terkecil, yakni desa.

BACA JUGA :   Sosok Religius R.A Kartini yang Sangat Membenci Korupsi

Ketika desa-desa sudah terhubung dengan baik, maka mobilitas dari bawah ini akan mendukung aksesibilitas yang lebih luas.

Selain jalan Andra Soni juga kini tengah fokus mengarahkan investasi ke sektor-sektor yang berorientasi masa depan. Beberapa sektor tersebut meliputi transisi energi hingga ekonomi digital.

Terkait transisi energi ini, Andra Soni belum lama ini mengapresiasi PLN Unit Induk Distribusi (UID) Banten yang dinilai berhasil menyediakan layanan kelistrikan yang andal dan merata di seluruh wilayah.

Andra Soni juga mengaku PLN UID tidak hanya fokus menjaga pasokan listrik, tapi juga ikut aktif mendukung agenda transisi energi nasional melalui pembangunan infrastruktur energi yang bersih dan berkelanjutan.

Sementara untuk mendorong ekosistem ekonomi digital, Andra Soni meluncurkan program Sarjana Penggerak Desa.

Program merupakan inisiatif strategis untuk menempatkan lulusan perguruan tinggi di desa-desa guna mendorong pembangunan dan inovasi di tingkat desa. Program ini juga diharapkan dapat menjembatani kesenjangan pengetahuan dan teknologi antara perkotaan dan pedesaan, sekaligus memberdayakan masyarakat desa.

Program strategis ini diharapkan dapat mendukung visi Banten Maju, Adil Merata yang diusung Andra-Dimyati.

Ke depan, Andra Soni juga berencana menggandeng sektor swasta dan perguruan tinggi untuk membangun tech hub Banten berbasis digitalisasi UMKM dan smart city yang akan mendorong pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Banten.

Selain itu, salah satu sektor pembangunan di Banten yang tak kalah strategis ialah pariwisata alam dan budaya.

Beberapa kawasan seperti Kawasan Tanjung Lesung (KEK), Baduy, dan Pantai Sawarna merupakan aset wisata yang dapat dikembangkan melalui skema public-private partnership.

Kawasan ini ke depan akan berkembang pesat di tangan Andra-Dimyati melalui pemasifan promosi digital dan penguatan infrastruktur sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi lokal.

Sekali lagi, kepemimpinan Gubernur Andra Soni merupakan jawaban atas penantian panjang masyarakat untuk Banten yang tumbuh secara eknomi, maju secara industri, bangkit dari sisi infrastruktur dan sejahtera bagi seluruh masyarakat.

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!